Minggu, 15 Maret 2015

Pernikahan Merah Muda Untuk Tiana #4



3 hari setelah hari ini badanku lemas lagi, entah kenapa semenjak hari itu aku sering sakit. Badanku tiba-tiba lemas dan rasanya seperti ditusuk-tusuk. Padahal uang di celenganku sudah hampir penuh, sebentar lagi aku bisa membeli mobil. Tapi kenapa aku sakit terus, jadi tidak mendapat uang jajan untuk memenuhi celenganku. Dan hari ini aku harus ke dokter lagi.
            “Bunda, kenapa ke dokter lagi?” tanyaku sambil memakai sabuk pengaman.
   “Biar kamu cepat sembuh.”
“Biar aku dapet uang jajan yang banyak ya Bun? Bunda Bunda, sebentar lagi celengan Tiana penuh lho, nanti Bunda anterin Tiana beli mobil ya..”
“Iya sayang, nanti dihitung dulu uangnya, tapi Tiana harus sembuh dulu ya.”
“Iya, Bun.”

1 minggu setelah hari itu aku sakit lagi. Kali ini demam ku tinggi sekali dan wajah Bunda jauh lebih khawatir dari sebelumnya. Ditambah aku aku yang susah bernafas dan kadang mimisan. Aku kenapa ya Tuhan? Kenapa aku jadi sering sakit seperti ini? Tengah malam Ayah dan Bunda membawaku ke rumah sakit, sementara aku masih kesakitan karena seluruh tubuhku nyeri. Rasanya sakit sekali. Kata Bunda aku harus menginap di rumah sakit, padahal aku bersikeras untuk pulang. Aku tidak suka bau obat, suntikan, dan kamar mayat. Kata Bunda aku diperbolehkan pulang setelah hasil test darahnya keluar. Aku tidak tahu apa itu tes darah, yang aku tahu aku harus cepat sembuh agar aku bisa terus menambah celenganku.
Satu minggu di rumah sakit rasanya membosankan sekali. Bahkan Bunda mendekor kamar rumah sakit ini agar sama persis seperti kamarku. Tapi tetap saja tempat ini berbau obat dan suntikan, apalagi badan ini, rasanya seperti terpotong-potong. Nyeri di sana, nyeri di sini, kadang pilek, batuk, mimisan.
“Penyakit, aku ingin sembuh, jangan dekat-dekat ya. Bunda, kapan Tiana boleh pulang?” Kataku di depan Bunda.
“Nanti siang hasil test nya udah bisa diambil sayang, semoga Tiana baik-baik saja, pasti langsung boleh pulang.”
Siang ini aku jauh lebih bersemangat, karena seharusnya aku sudah diperbolehkan pulang. Senangnya. Sambil menunggu Bunda mengambil hasil test dan Ayah menjemputku, aku pun bersiap menyisir rambut dan berdandan. Tapi tiba-tiba kepalaku pusing sekali, rasanya sangat sakit, jauh lebih sakit daripada jatuh dari ayunan. Dan pandanganku mulai kabur.

Begitu aku siuman terlihat Bunda, Ayah, Eyang, dan Dokter. Mereka sudah siap menyambut kepulanganku. Namun tiba-tiba Bunda memelukku sambil terisak.
“Kamu sudah siauman sayang? Hik hik hik, syukurlah..”
“Ayo pulang, Bun.” Ajakku sambil memegangi tangan Bunda.
“Masih sakit sayang kepalanya?” dengan mengabaikan ajakan pulangku, Bunda pun terus menanyakan keadaanku.
“Enggak.” Jawabku datar.
“Badan kamu masih nyeri sayang? Masih sesak ga nafasnya?”
“Bunda, aku pengen pulang! Aku gapapa..” aku kesal, bukannya mengajakku segera berkemas, Bunda malah terus-terusan menanyakan keadaanku. Menyebalkan. (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar