Minggu, 22 Maret 2015

Dia, Aku, Kamu, dan Dirinya #3



17.00 WIB
Kopi, kopi, kopi.
“Selamat sore, mau pesan apa?  Seperti biasa kak?”
“Ga, I choose Toraja traditional coffee for today,”
“Oke, ada tambahan lain?”
“No,”
Di tempat biasa aku mulai memainkan gadgetku, melepas semua penat dan lelah hari ini.
“Ganggu?” dan pandangan tiba-tiba mengarah ke depan.
“Hmm, no,”
“May I join, again?”
“Ya.” Jawabku sangat ketus.
“Sorry, you look so busy with your gadget,”
“Oh, not really,”
“Let me introduce, saya Rey, kamu Mia ?”
“Ya, aku mia.”
“Okey, hmm, keberatan jika saya duduk di sini?”
“Oh, ga,”
“Okeyy, kamu bekerja di?”
“Im a copywriter, you?”
“Im a manager,”
“That’s good, so kita pernah bertemu sebelumnya?” tanyaku penasaran, ya, memastikan apakah dia masih megingatku.
“Tentu, kita bertemu di meja yang sama waktu itu, kamu terlihat sangat sibuk dengan gadget mu,” dan dia terlihat sangat manis ketika tersenyum.
“Ya, aku inget, dan ketika kita di meja yang sama dan hanya diam, itu konyol, hehehe..”
“Ya, aku pikir begitu, hehe, I don’t know what to say when you looked so busy, daripada salah lebih baik aku juga menyibukkan diri, honestly, hehe..”
“Oh, you’re so funny, hehehe..”
“Ya, so you like coffee?”
“I’m addict it, you?”
“Me too, and you know what, this is my favorit place,”
“Me too, karena di sini kamu bisa merasakan kopi dari kopi tradisional sampai internasional,”
“I agree with that, tapi ada satu hal yang kurang, I always alone here, hehehe…”
“Oh, no, started from today,” dan aku membalas senyumannya.
Perbincangan ini selalu menarik. Aku dan dia memiliki banyak kesamaan, memiliki suatu perasaan yang sama pada beberapa hal. Aku mulai mengerti, mengapa aku merasakan de javu saat pertama kali bertemu dengannya. Karena aku dan dia seperti dua orang dengan banyak kesamaan. (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar