Jumat, 25 September 2015

Quotes of the day

Drag you into the wildest world, so you can be grateful when you can through of it.


- dewan -

Rabu, 23 September 2015

Sabtu, 22 Agustus 2015

PDA #10


Saturday, 7 pm
Aku berjalan di altar menggandeng  tangan ayahku. Ya, aku akhirnya menciumnya di sana seolah ini adalah ciuman penuh dengan cinta. Akhirnya aku menyerah dengan keadaan. Gila memang, mengiyakan perjanjian yang dia sodorkan. Namun aku sudah putus asa dengan tingkah Teddy yang semakin lama semakin gila. Aku masih mencintai lelaki itu, tapi aku sadar, bahwa aku tidak mungkin bisa memiliknya. So Teddy, live your life and I’ll live mine, okey?
Aku menangis ketika jariku tersamat cincin yang tertuliskan inisial nama Willy. Seharusnya ini T, bukan W, dan seharusnya hari ini aku menangis bahagia bukan menangis karena menderita. Ini semua aku lakukan untuk melupakanmu Ted, ini semua aku lakukan untuk kehidupanku yang lebih damai dengan istrimu. Aku tidak ingin terus-terusan menjadi bayangan dalam rumah tanggamu. Bahkan aku rela menikahi lelaki menyebalkan ini untukmu.
Aku sengaja mengundang Teddy, ya, aku harap dia datang dan menyaksikan aku benar-benar berada disisi laki-laki lain. Itu yang dulu aku rasakan ketika kamu mencium Mita. Rasa sakit yang seperti itu yang aku rasakan, Ted. Sakit kan rasanya? Ya, aku harap ini adalah rasa sakitmu yang terakhir dan memulai hidupmu tanpaku, begitu juga aku.
Dia datang sendirian, ya, aku melihatnya, duduk di pojokan sambil meminum segelas wine. Kamu tau apa yang paling kamu tunggu di saat pernikahanmu, ya, how many ex boyfriends of yours who attend on your wedding? Dan satu-satunya mantan pacarku adalah Teddy, wajar jika aku sesekali celingukan untuk mencari dia. Dengan langkah gontai lelaki itu menghampiriku dan Willy. Seolah memberikan selamat, dan membisikanku sesuatu.
“I’ve already divorced her for you,” mataku pun terbelalak, dan berkaca-kaca. Benarkan dia mengatakan itu di hari pernikahanku?  Inikah kado terindah di hari pernikahanku? Kemudian dia memelukku di hari ini.  (END) 

Jumat, 21 Agustus 2015

Kamis, 20 Agustus 2015

PDA #9


Nels Cafe, Thursday 8 pm
Willy datang dengan selembar kertas, dan aku tidak sabar apa yang akan dia tawarkan untukku. Kemudian dia menyodorkanku kertas itu. Ya, mengejutkan memang. Di atas kertas itu tertulis sangat jelas ‘PERJANJIAN PRA PERNIKAHAN’ dia akan menikahiku? Atau seperti apa?
“Okey, can you explain this?”
“Have you read all those details?”
“No, gue mau denger langsung dari lo,”
“Okey, gue tau lo butuh gue buat lepas dari cowok lo, dan gue butuh lo dapetin warisan dari bokap gue,”
“Dan lo pikir pernikahan itu sebercanda ini?”
“Selama kita ga saling merugikan, gue pikir its fine,”
“Lo gila!”
“Come on, forget about those holly marriage, you need to be realistic,”
“Okey, ternyata lo lebih gila dari gue,”
“Hahaha, see? So?”
“So what?
“Deal or not?”
“I need a few days to think,”
“Gue ga punya banyak waktu buat nunggu, besok kasih jawaban ke gue, lo ga perlu ribet ngurusin semua acara pernikahan, lo tinggal dateng, semua udah beres,”
“Lo gila,”
“Okey, bye,”
Is it shocking? Ya, aku bahkan masih menganga ketika dia berjalan menjauh dariku. Lelaki itu memang mengejutkan, sangat sangat mengejutkan.  (tobe continue)

Rabu, 19 Agustus 2015

Selasa, 18 Agustus 2015

PDA #8


Nels Cafe, Wednesday 8 pm
“Apa yang membuatmu berubah pikiran?”
“Nothing,” jawabku ketus sambil melepas blazer. Ya, aku bahhkan malas berdandan di depan lelaki ini.
“You know, Dilla told me,”
“About what?”
“Your complicated problem,”
“Oh, damn, those gossip girl, so?”
“Gue ada tawaran buat lo,”
“Is it a kind of business deal,”
“Ya,”
“Okey, what’s that?”
“Besok gue bawa draft perjanjiannya, so we met again tomorrow, okey?”
“Okey,”
“I need to go home, so enjoy your dinner,” dan diapun meninggalkanku dengan makanan sebanyak ini. Damn, bahkan si gila ini mengacuhkanku. Dan aku tampak sangat desperate kali ini.  (tobe continue) 

Senin, 17 Agustus 2015

Sabtu, 15 Agustus 2015

PDA #7


Semenjak hari itu setiap kali aku melakukan meeting dengan Willy terasa sangat aneh. Ah, ini semua salah Dilla. Bahkan aku melakukan blind date dengan clientku sendiri.  Kurang bitchy apa lagi aku? Dating with my boss and then my client? Dan ketika aku sedang menjelaskan tentang semua runtutuan pekerjaan, tiba-tiba dia memotongku.
“Have any plan after office hours?” kamu tau hal apa yang terlintas pertama kali saat dia mengucapkan kalimat itu. Yang aku bayangkan adalah dia mencoba menggodaku, dan mengajakku tidur untuk melancarkan pekerjaanku. Oh, this dirty mind, shit!
“No, why?”
“Dinner?”
“Hmmm,”
“Gue ga bakalan ngajak lo tidur, you are not my type, just casual dinner,”
“Let me think,” baiklah, lelaki ini memang jauh menyebalkan.
“Okey, text me after you decided to have dinner with me, bye,”  belum selesai aku menyelesaikan pekerjaanku, dia menghilang seperti biasanya. Mana mungkin aku betah makan di depannya. Ga akan!
Tiba-tiba Teddy berdiri di depanku ketika aku sedang menata berkas dan draft di meja.
“Busy?”
“Ya,” jawabku.
“Dinner?”
“No,”
“Why?”
“Aku ada janji dengan orang lain,”
“Siapa? Kamu pasti bohong, come on, bukan seperti itu caranya, jangan menghindar,”
“Seriously, I have a dating with a  guy,”
“Hey, young lady, dont lie to me, hahaha, come on,” dia baru saja menertawakanku? Sebegitu bodohkan aku dihadapannya?
“No, he is my boyfriend, so you may go.” dan diapun terdiam. Akhirnya Ted, aku bisa membuatmu diam.   (tobe continue)

Jumat, 14 Agustus 2015

Rabu, 12 Agustus 2015

PDA #6


Di dalam taksi akupun langsung menekan tombol call.
“Heh, lo mau bunuh gue?”
“Dih, kenapa deh lo, gimana si Willy?”
“Lo tau siapa cowok yang baru aja lo kenalin ke gue? Client gue yang super nyebelin, dan sekarang lo mau gue deket sama dia?!”
“Serius? Sorry gue ga tau, hahaha, bisa kebetulan gitu ya, Willy tu sepupu laki gue, baru balik banget dari London, setau gue sih dia kerja sama bokapnya,”
“Gue udah cukup deh nyampurin kerjaan sama kehidupan cinta gue sama Teddy, you know, he smells like a deadline when we kissed, thats why i wont do the same way again,”
“Hahahaa, tai lo, yaudah sih, lo belum kenal Willy aja, dia baik kok orangnya,”
“Baik lo bilang? Cih, gue sih ga percaya,”  (tobe continue)

Selasa, 11 Agustus 2015

Dolce (not really) Gabbana


Dolce (not really) Gabbana
design by dewantika kusmono
photography by Batman mmxviii



Senin, 10 Agustus 2015

PDA #5


Nels Cafe 7 pm
Gila, aku mau saja menuruti blind date ini. Dilla memang memiliki sebuah aura untuk memaksaku melakukan sesuatu. Dan aku rela saja datang ke perjodohan gila yang dia atur, entah lelaki seperti apa yang akan dia kirim.  Sekali lagi, Dilla isnt a good cupid, aku ingat beberapa kali dia menjodohkanku dengan laki-laki yang dia pilihkan. Entah itu jauh lebih tua dariku, atau lebih muda, yang jelas, mereka semua tidak cocok denganku. Masihkan aku percaya dengan wanita gila itu? Entahlah, mungkin aku sudah mulai seputus asa ini.
“Reservasi atas nama Dilla?”
“Silahkan ikut saya, tamu anda sudah menunggu,” kemudian pramusaji ini menuntuku ke sebuah meja yang sengaja Dilla atur berada jauh dari keramaian. Canggih kamu, dil.
“Ini meja anda,”
“Terima kasih,” dan akupun melihat pundak lelaki dengan badan tegap itu. Ya, kali ini lumayanlah selera Dilla, setidaknya he has good body shape. Perlahan dengan mengenakan simple black dress aku berjalan menuju meja itu.
“Oh, sorry, kayaknya gue salah meja,”
“Dilla?”
“Oh, lo?”
“Ya, gue ga nyangka kalo itu lo,”
“Gue juga,” jawabku kecut. Ya, aku harus menghadapinya.
“Okey, gue Willy,”
“Ya, gue tau, ga perlu kan gue ngenalin diri gue lagi,”
“Haha, its okey,” dan pertemuan ini berjalan sangat menyebalkan. Dia tidak banyak bicara, dan aku hanya menanggapinya seketus mungkin. Rasanya aku sudah malas menghadapi lelaki ini, aku pun bergegas pulang dan tidak sabar untuk mengomeli Dilla.  (to be continue)

Minggu, 09 Agustus 2015

Sabtu, 08 Agustus 2015

PDA #4


Malam ini aku benar-benar menemui sahabatku, Dilla. Dia sudah sangat bahagia dengan dua anak kembarnya, suami yang setia dan kaya raya, keluarga yang bahagia. Oh damn, sementara aku masih stuck dengan Teddy dan drama kehidupannya.
“Hey, lo kusut amat, ada masalah sama Teeddy?”
“Ya, otak gue ruwet banget, gila, masalah udah kaya jamur dil, dimana-mana numbuhnya,”
“Hahaha, lo udah gila nih, makanya, apa gue bilang, lo putusin tu cowok, cari yang baru, lo cantik, duit juga megang, banyak kali yang ngantri,”
“Lo yakin? Kalo dari dulu banyak yang ngantri sih gue udah move on dari dulu kali,”
“Salah lo nya nutup diri, kapan terakhir kali lo clubbing? Kapan terakhir kali lo ketemu orang baru yang bukan client lo? Sekarang gue tanya, kapan?” ya, benar kata Dilla, bahkan aku lupa kapan aku bergaul semenjak mengenal Teddy. Karena hari-hariku hanya bekerja dan bertemu Teddy.
“Iya, deh, lo paling bener, gue baru aja mutusin Teddy,”
“Serius?!”
“Ya,”
“Then?”
“Kayak yang dulu-dulu, dia mohon-mohon blablabla,”
“Dan kalian balikan lagi akhirnya?”
“No, sampe sekarang sih belum,”
“Belum? So, besok-besok ada kemungkinan balikan?”
“Hahaha, I dont know, tapi gue musti nyari alasan yang kuat buat ngelepasin Teddy,”
“Lo mau tau alasan apa yang bisa bikin Teddy ngelepasin lo?”
“Apaan?”
“A man,”
“Hahaha, bahkan cowok yang gue kenal juga cuma seputaran di kantor, apa iya gue musti macarin bawahan gue, hahaha,”
“Hmmm, I have good idea,”
“Jangan gila lo,” akupun sedikit curiga dengan tingkah MILF ini.
“Gue atur kalian ketemuan, dan lo ga ada alasan buat nolak,”
“Blind date? Gila lo,”
“Hey, awas lo ga dateng!”  (to be continue)

Rabu, 05 Agustus 2015

PDA #3


Monday, Im in love !
Senin ini aku harus melakukan pitching dengan 2 client di tempat yang berbeda. Gila kan? Dan perusahaan memintaku untuk menghandle semuanya. Dan inilah rutinitasku, mobiling, target, dan ekspansi. Dan aku mencintai hari senin seperti aku mencintai Teddy. Semuanya terasa sangat berat tapi aku sangat menikmatinya. So why I called Teddy as Mr.Monday sometimes. Setelah melakukan dua pitching gila itu, seninku berlanjut dengan menemui client baru. Dan aku harus menemui perwakilan dari perusahaan tersebut. Client yang satu ini unik, gila, dan super menyebalkan, God, kenapa aku harus mendapatkan  client ini untuk kontrak satu tahun. So, Im officially insane in this year.
“Hallo, apa kabar?”
“Good, bagaimana dengan iklan campaign untuk perusahaan kami?”
“Konsepnya seperti ini,” aku pun menjelaskan dengan detail tentang ini dan itu. Sementara si gila ini terus saja sibuk memainkan handphonenya. Hey jerk, kamu tau berapa lama orang kreatif kita memikirkan konsep ini? Berapa lemburan yang mereka habiskan untuk mengerjakan pekerjaan ini? Berapa hari kita ga tidur karena pekerjaan ini? Dan lo, dengan santai dan sok nya bahkan mendengarkanku pun tidak, apalagi mempelajari semua konsep yang sudah disiapkan.
“Oh, okey,” Just it. Okey, let me introduce, this stupid jerk namanya Willy, usia lebih muda dariku, sok, sengak, bossy, dan asshole. Aku bahkan semakin gila, belum juga urusan Teddy yang makin rumit, client gila ini menambah ruwet hidupku. Ketika aku melakukan pekerjaan diluar kantor yang kuharapkan akan menjadi hiburan di saat aku tersiksa saat bertemu Ted di kantor, jauh dari harapanku. Dan aku harus lebih sering dengan lelaki ini. 
Setelah menyelesaikan meeting gila ini, akhirnya aku menepi di sebuah coffee shop. Kopi, berikanlah ketenangan dan rasa rileks. Aku harus mengambil cuti sepertinya, dan semoga Teddy, yang atasanku mengijinkannya. Hahaha, bahkan untuk mengambil liburan untuk melupakan Teddypun aku harus meminta ijinnya. Tiba-tiba handphoneku berdering.
“Hallo, kenapa?”  jawabku ketus, ya ini Teddy.
 “Kamu dimana? Masih meeting, aku pengen ketemu kamu,”
“Masalah kerjaan apa pribadi,”
“Kerjaan,”
“Okey, kita ketemu di kantor aja,”
“No, aku kesana, kamu dimana?”
“Are you sure we will talk about job?”
“Huhft, lets talk about us,”
“No, ini jam kerja Ted, like you said, we have to act professional, okey?”
“Okey, huhft, tapi habis jam kantor kita bisa ketemu kan?”
“Ga, aku ada janji sama Dilla,”
“Oh, please,”
“No more begging baby, its over,”
“Pleaseee..”
Bahkan tanpa malunya pria beristri ini memohonku untuk tetap berada di sampingnya. Kalau kamu benar-benar mencintaiku seharusnya waktu itu kamu menolak perjodohan itu, seharusnya kamu membawaku lari dan menikahiku diam-diam, seharusnya kamu tidak mempertimbangkan kalau harus kehilangan kekayaan jabatan dan warisan dari orang tuamu. Kamu begitu serakah dan egois Teddy.  (to be continue)

Senin, 03 Agustus 2015

Minggu, 02 Agustus 2015

PDA #2


Dan akhirnya weekend ini berakhir dengan atasanku. Namanya Teddy, usianya 5 tahun lebih tua dariku, dan dia memiliki seorang istri. Ya, seharusnya aku yang menjadi nyonya Teddy, tapi perjodohan dua kerajaan itu tidak bisa dibatalkan. Aku yang sudah mencintai lelaki ini selama 5 tahun, terputus karena daulat mamanya Teddy. And finally, we do this dirty relationship. Dan akhir-akhir ini aku sudah tidak begitu  menikmati hubungan gila ini. Aku yang sekarang sudah 30 tahun harus memikirkan kehidupanku sendiri. Apa mungkin seumur hidup aku harus menjadi kekasih simpanan anak seorang konglomerat? Dan rasanya sudah bosan bertemu dengannya setiap hari entah di kantor atau di luar kantor. Kamu tau ketika kamu menjalin hubungan dengan atasanmu sendiri, apa yang terlintas ketika kamu menciumnya? Ya, deadline!
Malam ini sedikit lebih romantis karena efek gerimis, ditambah dia yang tiba-tiba berhenti membicarakan tentang pekerjaan. Aku tau, orang pernah bilang bahwa pasangan yang baik adalah pasangan yang bisa diajak diskusi dalam hal apapun, apapun, termasuk pekerjaan kantor. Dan masalahku adalah ketika dia meminta pendapat tentang suatu hal mengenai pekerjaan, dinner romantis di malam ini terasa seperti meeting.
“Stop talking about your shit working, okey?”
“Hahaha, okey, it feels like meeting, right?”
“See?”
“Ya, lets talk about us,” katanya.
“Us? You and me? Apa yang perlu dibicarakan, hahaha,”
“Iya, just let it flow,”
“Ya, let it flow, and Im growing older,”
“No, you stay young,”
“Munak, hahaha, liat muka aku, tanda-tanda aging dimana-mana, you know, Im 30 years old, kamu mau aku jadi perawan tua, hahaha, so let me live my life without you,”
“Hey, kenapa kamu tiba-tiba ngomong gitu?”
“I just think, aku ga mau ya kayak Bu Maria, yang terlalu setia sama mantannya sampe umur 45 tahun masih single,”
“Kamu kenapa sih?”
“Ted, Im 30 now, dan aku ga akan pernah bisa kamu nikahi, so, let me marry another man, okey?”
“Oh, jadi ini mau kamu?!” tiba-tiba nadanya meninggi.
“Aku ngomong baik-baik, lets discuss it,”
“Untuk apa?! Kamu udah ga mau nunggu aku lagi?!”
“Nunggu kamu?! Berapa tahun lagi? 10 tahun? 20 tahun? Selamanya? Hey, this is not a fairytale, Im not a Juliette,”
“Bukan itu maksud aku,”
“Terus mau kamu apa? Selamanya jadi pacar simpanan kamu? You now, I feel like Im bitch,”
“Hey,” dan dia memelukku. Itu yang selalu dia lakukan untuk meluluhkan hatiku.
“Kamu lebih baik pulang, okey?”
“But I wanna stay,”
“No, back to your home, you suppossed to be there, bye,”  (to be continue)

Sabtu, 01 Agustus 2015

Kamis, 30 Juli 2015

PDA #1


Hello saturday, lets rock!
Tonight John Legend ask me to make love underneath the stars.  Do you ever imagine every words of lyric when you listening a song, and I imagine it now.

Malam ini aku hanya duduk menikmati teh sambil mendengarkan lagu dari ipodku. Merebahkan diri diatas sofa teras dan menutup mata. Inilah yang aku lakukan untuk menenangkan diri. Akhir-akhir ini banyak masalah yang kulalui, belum lagi minggu gila ini yang memaksaku untuk tidak tidur beberapa hari, ya, mungkin hanya beberapa jam aku tidur setiap harinya. Dan akhirnya, hari ini datang juga, ketika aku sepenuhnya bisa menikmati hari ku dengan bebas. Aku sengaja mematikan ponselku, karena aku benci dengan urgent calling dari atasan, teman sejawat, atau client. I totally hate them on weekend. This is my day! Sudah hampir berapa ratus weekend aku korbankan untuk mereka, dan hari ini aku benar-benar lelah. Tak lama seseorang mengagetkanku.
“Hey, finally you can enjoy your weekend, hahaha,”
“Ya, kamu tumben libur?”
“Kamu tau kan aku sudah hampir beberapa bulan tidur di kantor, I just miss you,”
“Oh, come on, you must let your wife get your off day, hahaha,”
“Karena aku lebih merindukanmu, so?”
“So? Baru juga sehari ga ketemu, we met everyday in the office,”
“Come on,”
“Hey, I hate office smell, and you remain me about deadline and all those shit works,”
“Hahaha, just dinner?”
“Okey, tapi abis dinner kamu pulang,”
“Okey, lagian kamu tau Mita kan, dia pasti clubbing dan ga pulang semalaman,”  (tobe continue)

Kamis, 09 Juli 2015

quotes : effort

"if you feel there's a miracle,you never know that your efforts have been paid off"

Rabu, 08 Juli 2015

Senin, 06 Juli 2015

morning touch !

good morning,finally I touch you again!

lets start today with thousands of smiles and create happiness around 

Sabtu, 27 Juni 2015

Mr G #16



Akhirnya aku putuskan untuk menghubungi Guntur. Aku menceritakan segalanya yang terjadi melalui email. Bahkan hampir setiap kalimat aku cantumkan kata maaf karena rasanya aku sudah melakukan dosa besar. Mengkhianati nya yang jauh disana untukku, menurutku. Dan selang beberapa menit tak kusangka dia langsung membalas.
 
Dear My Dearest,
I’m sorry, I was very busy. Congratulation for you, dear. Finally you found someone special. And you know what, I’m engaged! And you must be suprised, I’m engaged with Bernard!!!! Oke, take a deep breath, hehehe.. I have alot of deadline, and this night Bernard will pick me up for dinner, so, I must totally prepare. Bye. See you soon. Muah.
 
With big hug,
- G U N T U R – (END)
 
 

Kamis, 25 Juni 2015

Mr G #15



Setelah makan malam yang aneh itu, akhirnya dia mengantarku pulang ke apartemen. Dan dalam perjalanan kami masih saja terdiam. Aku pun bingung harus memulai pembicaraan darimana. Aku masih saja terbayang dengan ucapannya di restaurant tadi.
Dia mengantarku sampai di depan pintu.
Hmm, Ok, I have to go,”
“Yaa..”
Bye..” sepertinya kata ‘bye’ dari mulutnya tampak mengambang.
Ee, would you stay?” entah setan darimana yang memaksaku untuk mengatakan ini. Perasaan lega pun terselimuti setelah kalimat itu terucap.
With my pleasure,” kemudian dia merangkulku dan menggandengku masuk ke apartemen. And we spent the night with a beautiful way. Rasanya indah sekali ketika aku berada di atas dada yang bidang ini. Aku merasakan this is the real love.  (to be continue)