Jumat, 20 Maret 2015

Bintang Jatuh #4



   Sore ini aku duduk di atap rumahku seperti biasanya. Dan sekarang ini aku tidak hanya duduk seorang diri untuk melakukan ritualku, ada sahabatku Dandu yang senantiasa menemaniku. Dialah sosok yang paling berharga yang aku miliki sekarang ini. Dan mulai saat ini Bintang Jatuh bukan lagi nama yang senantiasa membuatku malu karena ledekan yang tak berkesudahan dari teman-temanku, bukan pula nama yang sempat membuatku malu untuk pergi ke sekolah, melainkan nama terindah yang kumiliki, nama yang paling aku kagumi, serta nama yang layak untuk dibanggakan. Karena Bintang Jatuh akan memberikan secercah harapan ketika terjatuh, dan itulah harapan Bunda yang baru aku pahami setelah dia pergi. Dan aku sangat bangga memiliki nama indah itu. Akulah satu-satunya harapan Bunda, dan aku harus menjadi yang terbaik untuk Bunda, menjadi harapan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang sayang padaku. Semenjak hari itu aku mulai mengurungkan niatku untuk kuliah di luar kota, karena beberapa alasan, rumah ini, Bunda, dan sahabatku, Dandu. Aku menyadari betapa butuhnya aku padanya, dan aku tahu betapa berat dan sedihnya dia melepaskanku.  (END)

 Surakarta, 8 January 2005 03.36 WIB
Opus,

Dewantika Kusmono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar