Sabtu, 21 Maret 2015

Dia, Aku, Kamu, dan Dirinya #2



Hari senin adalah hari yang sangat melelahkan. Kulepas semua penatku kembali ke coffee shop ini, berharap lelaki itu kembali lagi. Sudah hampir 3 minggu ini aku menunggunya, dalam hati yang paling dalam benar-benar aku berharap bertemu dengan dia. Oh iya, aku hampir lupa untuk menghubungi pacarku. Ya, I have a boyfriend, and he work miles away from here. Seharusnya aku menghubungi dia, memberi kabar, dan banyak bercerita, namun rasanya jenuh dengan rutinitas itu. Lelaki yang aku temui di coffee shop ini membuatku lupa kalau aku masih memiliki dia, pacarku. Tiba-tiba telfon berdering.
“Hallo, sayang, how’s your day?” katanya.
“Just ordinary, like yesterday, what about you?”
“I miss you already, I just wanna hear your voice actually, tell me what did you do?”
“Nothing, I just work, busy, a lot of deadline, and….”
“And?”
“Hmmm, I’ve got to go, call me tonight, bye,” 
Akhirnya dia muncul juga, dan aku pun mulai menyibukkan diri dan berharap dia menghampiriku lagi. Rasanya bodoh ketika ternyata dia duduk bersama seorang wanita cantik dan begitu asyik bersenda gurau. Mereka tampak begitu mesra, ya, aku rasa itu pacarnya. Mood ini mendadak down, dan rasa malas pun mulai menggeliat. Lebih baik aku pergi, aku tampak begitu bodoh di sini.
Aku ambil semua barangku dan kujinjing tas kesayanganku dengan begitu terburu-buru. Sesampainya di rumah perasaan kesal mendadak membuatku untuk tidak melakukan apapun. Karena perasaan ini menjadi tiba-tiba sangat kesal ketika melihat dia berdua dengan wanita lain. Bodoh bukan? Gila bukan? Ya, aku memang sedang gila.
Telfonpun bordering lagi.
“Hallo?”
“Sayang, tadi kamu kenapa tiba-tiba tutup telfon?”
“Oh, tadi baterai mau abis,”
“Oh, okey, are you oke?”
“Not really.” Jawabku ketus.
“Why?”
“I don’t know, I think I’m not in a good mood.”
“Oh, so sorry  to hear, sayang. Oiya, bulan depan aku bisa cuti, so, prepare your self to have a mini trip, hehehe..”
“Oh, ya..”
“Hey, are you oke?”
“Im not in a good mood, so, bye.” Jawabku ketus.
“Oh, whats wrong with you?  Are you oke? I just worry bout you,”
“Im Oke, I need to get sleep, okey, bye.”
Rasanya jenuh sekali menjalani hubungan yang seperti ini. Hubungan yang datar, dan aku rasa terlalu sempurna. (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar