Sabtu, 28 Februari 2015

Miss Dior #7




30 hari berlalu, sejak operasi hari itu, aku sudah tidak lagi melihat dia. Ya, tepatnya aku tidak berani untuk melihat dia lagi. Sepertinya aku hampir gila untuk mencoba melupakan 7 minggu yang singkat itu. Bodoh. Aku sangat merindukan aroma Miss Dior Cherie itu. Aku hampir gila memikirkannya.
Sepulang dari rumah sakit, aku pergi ke sebuah restaurant Eropa untuk menikmati wine karena aku sangat merindukan rutinitas menikmati wine setiap pagi bersama dia, mungkin ini bisa sedikit melupakan rasa haus akan kerinduanku. Dan karena terlalu banyak minum aku sedikit sempoyangan. Mungkin ini adalah cara baruku untuk melupakan Miss Dior. Aku kemudian berjalan ke arah mobil, ketika aku sedang kesusahan memasang seatbelt karena tidak begitu sadar, tiba-tiba ada seseorang mengetuk kaca jendela mobilku, dengan samar aku tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang itu. Kemudian aku benar-benar melayang tidak sadarkan diri.
Pandangan ini samar-samar, kepala ini pusing, dan entah aku ada dimana.
Finally, hey, good morning,” dan aku masih terdiam. Kemudian dengan perlahan dia mengecup keningku, mengelus pipiku dengan lembut dan membantuku bangun. Pandangan ini masih samar dan masih bertanya-tanya siapa orang asing ini. Namun aroma orang ini benar-benar khas.
“I have looked for you everywhere, oh my.. Mr Fahrenheit, you make me stupid and crazy. Kenapa sih kamu tiba-tiba ngilang setelah aku bisa melihat? You did’nt give me a chance even just to say thanks. I really really missing you, I’m crazy without you.” Dan dia memelukku dengan sangat erat. Yah, dialah Miss Dior ku.
Aku aku aku takut kamu kecewa, you are too perfect for me.” Jawabku datar dan sedikit berbata.
“Hey, you are so kind, soft, patient, you are completely perfect for me.”
“Miss dior, would you merry me?”
“Sure. But wait, you are not in a drunk, right?”
“No, Im completely conscious.”
“Oke, lets begin from the start, let me introduce my name is Voila, and you?”
“I’m Leo, are you single?”
“Sorry, I’m enganging today, hehehe..” kemudian dia tersenyum dengan begitu cantiknya, senyum yang masih sama dan aroma yang sangat khas. END

Miss Dior #6




Rasa syukur yang tak ternilai harganya, akhirnya aku bisa melihat indahnya warna orange matahari. Satu minggu yang lalu aku di sini dengan orang asing dan sekarang aku kembali menjadi aku yang dulu. Senang, bahagia, namun ada perasaan sedih yang tidak bisa aku tutupi. Ya, aku merindukan orang asing itu, orang asing yang sering aku sebut Mr.Fahrenheit. Aku bahkan tidak tau siapa dia sebenarnya, siapa namanya, atau bagaimana wajahnya. Rasanya tidak mungkin aku bisa menemukannya, Karena aku tidak tahu bagaimana mengawali untuk mencari dia.
Aku pun mulai mengingat kemana dan apa saja yang kulakukan bersamanya. Aku ingat sekali rutinitas indah itu. Setelah menikmati wine kemudian dia mulai membuatkanku sandwich, its simple, but I don’t know it tasted so different. Its feels like my dad cooked for me, huhft, its freak me out right now. Kemudian dia mulai berkemas dan diapun berangkat ke tempat kerja, ya, bahkan selama ini aku tidak tau dimana dia bekerja. Ketika sore dia pun mengajakku ke sebuah tempat yang aku pun juga kurang tau dimana itu, yang aku ingat di tempat itu ada barisan rak buku dengan kursi yang terbuat dari kayu, kemudian aroma yang kental sekali dengan aroma kayu oak. Dan  disitulah dia mulai membacakan sebuah buku untukku. Cerita tentang para ilmuwan yang dulunya sangat aku benci, dan sekarang mulai aku gemari sejak dia membacakannya untukku. Mungkin itu sebuah perpustakaan, atau bisa juga café, atau mungkin rumah dia. Ya Tuhan, aku mohon, tunjukanlah dimana dia. Aku sudah mulai sedikit gila memikirkan ini.
Lelaki itu memang membuatku gila. Ya, sepanjang hari yang kulakukan adalah browsing mencari jejak lelaki itu. Aku bahkan bingung harus menulis keyword apa di google. Aku tidak bisa berkonsentrasi setiap kali meeting. Sangat-sangat mengganggu. Dan karena sangat putus asanya aku, sore ini akupun mulai menemui temanku yang sekaligus seorang psikolog, ya, aku memang sudah gila.
“Hey, how are you?”
“Im bad, depressed, and I don’t know, insane maybe,”
“Okey, so tell me all the detailed,” dan aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang kualami bersama dia.
“Okey, tragis, but, hold on, in my opinian, you just need to forget all about him, move on, and make your own life so crowded so you don’t have even just a minute to think about him,”
“Kurang sibuk apalagi gue, but I don’t know, maybe he has a spell for me, huhft..” jawabku pasrah.
“Hehehe, maybe, but I have good idea, kebetulan malam ini gue ada dinner dengan beberapa coleganku, daripada lo terus-terusan gila memikirkan Mr Fahrenheit lo itu, mending lo nemenin gue, having fun with some handsome single rich men, right?”
I feel so tired today, maybe next time,” tolakku sedikit tidak bersemangat.
Come on, no next time, gue tunggu di Classique Resto, okey, gue ada meeting, bye and see ya,”   to be continue

Miss Dior #5



7 minggu berlalu begitu indah, sementara keadaan dia mulai pulih dan membaik, sampai kabar penglihatan dia pun terdengar. Hari ini  operasi pun dilakukan, dan perasaan ku mulai bergejolak. Antara sedih dan bahagia. Aku harus siap dengan konsekuensi ini, ketika dia pulih dan kembali menjadi dia yang sebelumnya, di situlah aku tidak memiliki arti apapun baginya. Aku harus rela, aku ga bisa berpihak kepada keegoisan.
Goodluck.” Bisikan itu adalah sebuah perpisahan bagiku, tanpa dia sadari, di dalam hati ku katakan goodbye. Dan dia pun kemudian masuk ke ruang operasi. Ini adalah hari dimana aku kembali menjadi dokter yang dingin. Finally Im home and alone again.  to be continue

Rabu, 25 Februari 2015

Miss Dior #4



Keadaannya semakin pulih dan akhirnya hari ini dia bisa melakukan rawat jalan di rumah. Kemudian dengan suka cita aku membawa dia pulang ke rumahnya. Dengan terus menggenggam tanganku, dia mulai bercerita tentang ruangan-ruangan di rumahnya itu.
“Aku rindu sekali dengan tempat ini, aku rindu dengan bau kamar ini, rasanya seperti satu tahun tidak merambah tempat ini. Bisa tolong ambilkan wine di dapur?”
“Oke. Kamu tunggu di sini dulu.” Kemudian aku menuju dapur dan mengambil wine yang sengaja dia simpan di almari khusus, terlihat sangat banyak botol wine yang aku bilang ini adalah wine yang tidak murah. Sepertinya dia penikmat wine.
Thanks, wanna cheers with me?” dan dia mengayunkan gelasnyaa ke arahku.
Cheers..”  Pipinya memerah dan merona, dia terlihat cantik sekali. Dia masih saja menggenggam tanganku, bahkan dia tidak mau melepaskan sedetikpun. Mungkin dia masih merasa takut dalam kegelapan.
“Hangatnya matahari, I miss this moment, yah, walaupun hari ini aku ga bisa ngeliat sinar matahari secara langsung, tapi sepertinya dia tetap indah. Tiap pagi aku menikmati wine sambil menatap ke arah matahari dan menunggu matahari terbit. Huft, mungkin sejak sekarang aku sudah tidak bisa lagi melakukan rutinitas itu,”
“You still have two eyes, mine.”
By the way, how could  you so kind for me?”
“Because of God, miss Dior cherie..”
“Haha, How do you know that my parfume is..”
“This feeling.”
You...” dan tiba-tiba dia memelukku. Dan detakan jantung ini semakin menggetarkan tubuhku. Rasanya benar-benar unik. Bahkan aku sengaja sedikit merenggangkan pelukannya karena merasa malu kalau sampai dia tau betapa bergetar dan berdetak cepatnya jantungku. This is the first for me so I can’t handle it.
“May I know your name?” tanyanya dengan sangat polos.
I have noname.” Jawabku
“I see, so how can I called you?”
Just up to you.” Jawabku datar.
Oke, Mr Fahrenheit.” Dan dia mulai memberikan senyum cantiknya.
“How do you know that my...”
From this...” dan dia menunjuk ke arah dadanya.
“Ok, you can feel everything by your heart.”
Malam ini adalah malam pertama aku tidur di rumah ini, sampai detik ini dia belum bisa melepas genggaman tangannya.
Bedtime, kamu tidur ya, aku tidur di sofa sebelah kasur kamu.”
“No, Im afraid to be alone, please, accompany me to sleep beside me.” Dan dia mulai merengek lagi, baiklah, aku benar-benar tidak punya daya apapun untuk menolak.
“Ga takut aku ngapa-ngapain kamu?”
Nope, I trust you, Mr Fahrenheit..” Dan dia tersenyum dengan tulusnya. Oh, aroma Miss Dior Cherie terus saja menghantuiku. Aku terperdaya olehnya. 
Akhirnya sejak malam itu dia selalu tidur di atas dadaku dan terus memelukku. Dia terlihat seperti anak kecil yang tidak ingin lepas dari genggaman orang tuanya. to be continue