Senin, 23 Februari 2015

Ayah Untuk Ayah #5



Semenjak hari itu kami lebih sering bertemu, ya, hampir setiap sore kami duduk di meja yang sama dengan menu yang sama dan aku mulai bisa membuka diri. Baru kali ini aku merasaakan hal lain pada seorang laki-laki, ada hal aneh yang terus mendorongku untuk menceritakan semua uneg-uneg kekejaman Deni, semua rasa suka, duka, sedih, trauma, benci, rasanya ada suatu kewajiban untuk dia tahu. Benar-benar bukan hal yang wajar, selalu saja merasakan ketenangan setiap kali berhadapan dengannya. Aku mungkin membutuhkannya seperti aku mencandu kopi setiap sore. Dia sangat bijak, sangat lihai menghilangkan rasa cemas dan resahku, dan begitu terampil membuatku tenang.
Semakin lama aku semakin membutuhkannya. Dan dia hampir selalu ada waktu ketika aku benar-benar butuh, seperti malam ini, di saat aku merasakan trauma yang berlebihan ketika melihat Denni, ayahku, menghisap sebatang rokok di rumah, aku dibayangi rasa takut, ya, rokok itu mengingatkanku dengan kekejaman Denni dulu, dan sekarang aku begitu ketakutan di kamar. Hanya dia yang bisa menghentikan ketakutan ini. Aku menangis, aku gelisah, aku resah, sambil terus-terusan duduk di pojokan kamar sambil menutup wajah.
“Ban, aku butuh kamu.”
“Ya, kamu jangan kemana-mana dulu ya,” dan dengan sekejap dia sudah ada di depan mataku. Dia langsung memelukku dan jiwa  yang panas ini seolah diguyur dan dibanjiri air es, seketika aku langsung merasa nyaman dan tenang. Perasaan takut yang amat sangat itu entah menghilang seketika itu juga. Dan aku pun bisa menangis lepas di pelukan laki-laki ini.
“Kamu tenang, ayahmu sudah tidak seperti dulu, dia tidak punya daya lagi untuk menyiksamu,” dan dia terus-terusan memelukku sambil membelai rambutku. Aku menyadari, aku membutuhkannya melebihi apapun. Dan aku sangat berharap dia selalu ada setiap waktu.
Setelah beberapa saat aku pun mulai tenang. Dia tiba-tiba membisikkan sesuatu di telingaku.
Would you merry me, I really want to protect you every single day.” Dan tidak ada penolakan apapun dariku. Aku memang sangat menginginkan dia, dan hanya dia yang bisa benar-benar mengerti aku dan segala masa kelamku.  (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar