Sabtu, 28 Februari 2015

Miss Dior #6




Rasa syukur yang tak ternilai harganya, akhirnya aku bisa melihat indahnya warna orange matahari. Satu minggu yang lalu aku di sini dengan orang asing dan sekarang aku kembali menjadi aku yang dulu. Senang, bahagia, namun ada perasaan sedih yang tidak bisa aku tutupi. Ya, aku merindukan orang asing itu, orang asing yang sering aku sebut Mr.Fahrenheit. Aku bahkan tidak tau siapa dia sebenarnya, siapa namanya, atau bagaimana wajahnya. Rasanya tidak mungkin aku bisa menemukannya, Karena aku tidak tahu bagaimana mengawali untuk mencari dia.
Aku pun mulai mengingat kemana dan apa saja yang kulakukan bersamanya. Aku ingat sekali rutinitas indah itu. Setelah menikmati wine kemudian dia mulai membuatkanku sandwich, its simple, but I don’t know it tasted so different. Its feels like my dad cooked for me, huhft, its freak me out right now. Kemudian dia mulai berkemas dan diapun berangkat ke tempat kerja, ya, bahkan selama ini aku tidak tau dimana dia bekerja. Ketika sore dia pun mengajakku ke sebuah tempat yang aku pun juga kurang tau dimana itu, yang aku ingat di tempat itu ada barisan rak buku dengan kursi yang terbuat dari kayu, kemudian aroma yang kental sekali dengan aroma kayu oak. Dan  disitulah dia mulai membacakan sebuah buku untukku. Cerita tentang para ilmuwan yang dulunya sangat aku benci, dan sekarang mulai aku gemari sejak dia membacakannya untukku. Mungkin itu sebuah perpustakaan, atau bisa juga cafĂ©, atau mungkin rumah dia. Ya Tuhan, aku mohon, tunjukanlah dimana dia. Aku sudah mulai sedikit gila memikirkan ini.
Lelaki itu memang membuatku gila. Ya, sepanjang hari yang kulakukan adalah browsing mencari jejak lelaki itu. Aku bahkan bingung harus menulis keyword apa di google. Aku tidak bisa berkonsentrasi setiap kali meeting. Sangat-sangat mengganggu. Dan karena sangat putus asanya aku, sore ini akupun mulai menemui temanku yang sekaligus seorang psikolog, ya, aku memang sudah gila.
“Hey, how are you?”
“Im bad, depressed, and I don’t know, insane maybe,”
“Okey, so tell me all the detailed,” dan aku pun mulai menceritakan semua kejadian yang kualami bersama dia.
“Okey, tragis, but, hold on, in my opinian, you just need to forget all about him, move on, and make your own life so crowded so you don’t have even just a minute to think about him,”
“Kurang sibuk apalagi gue, but I don’t know, maybe he has a spell for me, huhft..” jawabku pasrah.
“Hehehe, maybe, but I have good idea, kebetulan malam ini gue ada dinner dengan beberapa coleganku, daripada lo terus-terusan gila memikirkan Mr Fahrenheit lo itu, mending lo nemenin gue, having fun with some handsome single rich men, right?”
I feel so tired today, maybe next time,” tolakku sedikit tidak bersemangat.
Come on, no next time, gue tunggu di Classique Resto, okey, gue ada meeting, bye and see ya,”   to be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar