Rabu, 25 Februari 2015

Miss Dior #3



Sudah 7 hari lamanya aku mendapati pasien ini tidak sadarkan diri. Kasian. Dia cantik, elegan, dan terlihat begitu berkelas. Aku ingat sekali ketika pertama kali dia di bawa di rumah sakit ini, bau parfum Miss Dior Cherie menutupi aroma lumuran darah di tubuhnya. Dan sampai detik ini bau dior itu masih meletup-letup di fikiranku. Sesekali aku menengok ke ICU dan memastikan bahwa dia masih disana dan sendirian. Pihak rumah sakit pun tidak mendapati teman atau kerabat yang bisa dihubungi. Dia memang tidak meninggalkan identitas apapun. Perasaan simpati, empati atau apalah melahap semua akal sehatku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan wanita ini ketika mendapati bahwa dia tidak bisa melihat.  Sampai akhirnya malam ini, tepat 7 hari semenjak wanita ini koma, akhirnya dia sadarkan diri. Rasa bahagia yang memuncak memaksaku segera berlari ke ruangannya dan menyambut kesembuhannya.
“Aku dimana ini????” wanita itu terus saja mengatakan itu. Dia terlihat begitu bingung. Wajar, karna dalam pandangannya dia benar-benar dalam kegelapan.
“Maaf, saudara yang tenang ya, saudara mengalami kecelakaan, dan sekarang berada di rumah sakit,” kataku.
“AKU DIMANA??!! Tolong nyalakan lampu, gelap.”  Dia bingung, dan tangannya mulai mencari-cari pegangan. Reflek, aku pun menyambut tangannya dan menggenggam tangannya.
“Suster, tolong tinggalkan kami, dia sepertinya membutuhkan ketenangan.”
“Baik dok.”
“Tenang ya, kamu ga sendirian.”
“Aku dimana? Kenapa gelap?” dia ketakutan dan semakin erat menggenggam tanganku.
“Gapapa, itu efek kecelakaan kamu, lama-lama kamu bisa melihat lagi. Oiya, kamu ada saudara atau orang tua yang bisa dihubungi?”
No.”
“Rumah kamu?”
“I will tell you.”
Good, mungkin setelah kamu sembuh saya bisa mengantar kamu pulang.”
“No, I dont have anybody to help me when I really blind like this.”
“I will accompany you. I promise.”
“Do you really?”
Yup, for your information, maybe one or two months you can see the world again, its just a shocking injury, so don’t you panic.”
Oke, that sounds better, anyway, thanks a lot for your kindness.” Akhirnya wanita itu tersenyum dengan penuh rasa lega. Entah rasa empati apa yang memaksaku untuk terus meng-iya-kan semua permintaan dia. Aku ingin terus melindungi dia. to be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar