Kamis, 30 April 2015

Ben and Frapuccino #8



Sudah 4 tahun belakangan aku menjadi orang yang tidak seceria aku dulu. Dan rutinitasku hanya untuk menunggu Ben di stasiun setiap hari sambil menikmati kopi. Rasanya kesabaran ini sudah tidak bisa diukur dengan akal sehat, terlalu absolut untuk dihitung. Aku hanya menginginkan Ben, dan aku mempercayai bahwa suatu hari Ben akan menemuiku di tempat dimana dia meninggalkanku, Stasiun Balapan. Rasanya aku ingin mengutuk tempat ini karena telah melenyapkan Ben dari genggamanku, untuk kedua kalinya. Ya, kedua kalinya.  (to be continue)

Quotes : stranger

Rabu, 29 April 2015

Opus : Indonesia Fashion Week 2013


This is it !
My opus, I design those leather bags
All material from leather and I did laser for everypiece of those bag
thanks for my best partner zamzami, we rock!

Selasa, 28 April 2015

Ben and Frapuccino #7



Semenjak hari itu, aku pun memutuskan untuk stay di Kota ini. Aku sudah berbulat tekad untuk meninggalkan studiku di London untuk Ben. Bodoh memang, tapi aku masih ingat pesan terakhirnya dan itu selalu menghantui pikiranku.
Dengan perlahan aku pun mulai bisa hidup. Ya, hidup yang tidak hanya menghirup udara dan kemudian bernafas. Hidup yang penuh dengan aktivitas, bekerja, berbicara dengan orang, sampai berinteraksi dengan orang baru. Tapi kebiasaanku untuk selalu menunggu Ben sepulang kerja memang tidak pernah aku tinggalkan. Aku percaya, Ben pasti akan datang.
Di kantorku, aku hanya memiliki beberapa teman, karena aku lebih banyak diam dan menyendiri. Ya, hilangnya Ben untuk kedua kali ini memang mengubah siapa aku yang sebenarnya. Merubah semua hidupku dan mematikan karakterku. (to be continue)

Senin, 27 April 2015

Opus : Indonesia Fashion Week 2013


This is one of my biggest achievement in my life as partisipant in this huge fashion event in Indonesia, its Indonesia Fashion  Week!
You know, those nametag as "designer" is like my dream came true
I have to slap my own more than 10 times those day
That's my memorable day and I will tell to my children, even for my grandchildren someday
When I watched those fashion show in TV, and I will tell them proudly, 
"Listen, Mama ever walk on those stage as designer,"

Opus : Stranger


wish me luck !

Minggu, 26 April 2015

Ben and Frapuccino #6



Akhirnya sampai juga di Solo, Stasiun Balapan, kami pun disambut dengan sekelompok orkes keroncong. Memang kota ini benar-benar luar biasa berkesan. Sambil menjinjing Birkini bag keluaran Hermes, aku pun beranjak meninggalkan tempat ini. Namun tiba-tiba Ben menarik tanganku.
“Hey, tunggu di sini sebentar,”
“Kenapa, Ben?”
“Sit down here, I will bring you a cup of coffe.”
“Why don’t we go to coffee shop?”
“Wait here, tunggu sampai aku datang, jangan kemana-mana..” dan aku pun duduk menunggunya membawakan kopi sambil melihat beberapa kereta yang melintas diiringi lagu-lagu keroncong. Memang berkesan.
Sudah setengah jam lamanya aku  menunggu di sini dan Ben belum juga muncul. Apa mungkin sedang banyak antrian. Aku mulai sedikit resah dan menengok ke belakang sesekali. Kereta pun mulai ramai berlalulalang. Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Rasanya aku harus beranjak dari tempat duduk ini untuk mencari Ben. Aku pun mulai bingung dan khawatir. Dimana Ben. Beberapa orang aku tanya tapi tidak ada satupun yang tau dimana Ben. Empat jam. Lima jam. Yang aku lakukan hanya memutari tempat ini, keluar masuk stasiun, dan sesekali terdiam duduk dengan lemas. Permainan apa lagi yang dilakukan Ben untuk membuatku lebih putus asa. Sampai tengah malam, tepat pukul 12, aku putuskan untuk tetap di sini untuk menunggu Ben. Sampai akhirnya aku tertidur di tempat ini. Stasiun Balapan.  (to be continue)

Sabtu, 25 April 2015

Fashion tips : How to re-design clutch

Before

Look, it just beautiful plain clutch



 Proccess

Material :
Fox glue
Scissor
Kain Perca
Bros atau assesoris yang ingin kamu aplikasikan untuk menghiasi clutch



After
This is it ! Simply classic clutch 


Kamis, 23 April 2015

Ben and Frapuccino #5




Indonesia, aku sangat merindukan negara ini. Sesampainya di Jakarta diapun langsung mengajakku ke Gambir dan membawaku untuk menaiki kereta menuju Solo. Benar-benar big sureprise.
“Kita akan ke solo,” katanya dengan datar.
“Solo?”
“Ya, Solo, I will show you a lot of beautiful place there.”
“Oke, tapi kenapa kita ga ke Lombok, Bali, atau ke Bangka Belitung mungkin?” saranku.
“No, I have a lot of sureprises for you, ya, untuk menebus semua kesalahanku selama setahun mungkin,”
“Hey, I know you are busy, dan kamu ga melakukan kesalahan apapun,” kataku sambil berjalan menuju kereta eksekutif yang kebetulan sudah menunggu penumpang.
Di kereta kami pun membicarakan banyak hal yang selama 1 tahun telah aku pendam. Perasaanku pun meletup-letup bersamanya.
“You know what, London is the most beautiful country, but I dont feel that when I can’t keep you touch,”
“Sudahlah, sekarang aku kan ada di sampingmu, just enjoy this day,”
“Haha, you are absolutely right. Aku punya banyak hadiah untukmu, sudah berapa tumpukan hadiah yang aku kirim untukmu, kamu terima kan? Aku kirim lewat fedex,”
“Ya, what a great gift, maaf, mungkin perlu kamu tau, Ibu dan Ayah sekarang di menetap di Jakarta, dan ketatnya hidupku selama ada mereka,”
“Oh My God, pantesan kamu langsung bawa aku keluar dari Jakarta, emang mereka ga tau kamu ke London?”
No.”
“They don’t even know that you back to Solo, your hometown?”
“No.”
“Dasar anak berdarah biru, hehe..”
“Berani yaa ngeledek sekarang, hehehe,”
“Hehehe, ampunnnn..”  (to be continue)

Rabu, 22 April 2015

Ben and Frapuccino #4




London adalah tempat indah yang sangat menyiksa untukku. Aku benar-benar jauh darinya, aku merasa hati ini semakin jauh dari Ben. Rasa peduli, rasa candu, rasa rindu, sepertinya mulai menipis dari hari ke hari. Aku dan Ben pun tak pernah sama sekali berhubungan. Entah mengapa berulang kali aku menelfon dia, sama sekali tidak dia angkat. Aku mulai membanjiri sejuta email di inboxnya. Kemudian aku pun hampir setiap hari mengirimkan sms ke handphonenya. Setahun sudah kami benar-benar tidak berhubungan, sampai malam ini aku berada pada titik dimana aku benar-benar putus asa.
Aku merenung dan mengurung diri di apartemen, kemudian mulai melamun, menghabiskan bergelas-gelas frapuccino, bahkan aku sengaja menaikkan jumlah alkohol pada tiap gelas berikutnya, sampai aku benar-benar tidak bisa tidur. Rasanya perut ini sudah benar-benar mual, tapi aku rasa hanya rasa kopi ini yang bisa mengingatkanku tentang rasa Ben. Mata ini terus menggenangkan air. Aku menangis, melamun, sedikit pusing, menahan rasa mual, dan menangis lagi. Itulah yang aku rasakan. Ini seperti sebuah kutukan bagiku. Sampai akhirnya aku mulai merasakan ringannya badanku.
“Baby, finally you awake,”
“...” aku pun masih mengumpulkan nyawa dan mempertajam pandanganku. Aku merasa asing di tempat ini, siapa dia, dan aku dimana.
“Calm down, baby, you are with me.” Dan lelaki itu tersenyum dengan sangat manis.
“Ben...” aku pun langsung menarik dan memeluk laki-laki ini.
“Hey, it’s ok baby,”
“Where have you been?!!!!” kataku sambil menangis dipelukannya.
“I’m here for you,”
Dan setelah satu tahun menghilang, tiba-tiba lelaki ini muncul dihadapanku ketika aku benar-benar putus asa. I’m weak. Dan keesokan harinya kami pun berkemas, dia mengajakku pulang ke Indonesia secara tiba-tiba.
“Baby, prepare your clothes,”
“For what?”
“We have some holidays,”
“Tapi, aku..”
“Hey, you are on holiday, right?”
“How do you know that...”
“Ssst, just prepare your clothes right now, we have flight to Indonesia today,”
“Today???? What a sureprise....” lagi-lagi dia memotong perkataanku.
“Ya, Indonesia.” Katanya sambil menghujaniku dengan ciuman di kening.   (to be continue)