Rabu, 25 Februari 2015

Miss Dior #4



Keadaannya semakin pulih dan akhirnya hari ini dia bisa melakukan rawat jalan di rumah. Kemudian dengan suka cita aku membawa dia pulang ke rumahnya. Dengan terus menggenggam tanganku, dia mulai bercerita tentang ruangan-ruangan di rumahnya itu.
“Aku rindu sekali dengan tempat ini, aku rindu dengan bau kamar ini, rasanya seperti satu tahun tidak merambah tempat ini. Bisa tolong ambilkan wine di dapur?”
“Oke. Kamu tunggu di sini dulu.” Kemudian aku menuju dapur dan mengambil wine yang sengaja dia simpan di almari khusus, terlihat sangat banyak botol wine yang aku bilang ini adalah wine yang tidak murah. Sepertinya dia penikmat wine.
Thanks, wanna cheers with me?” dan dia mengayunkan gelasnyaa ke arahku.
Cheers..”  Pipinya memerah dan merona, dia terlihat cantik sekali. Dia masih saja menggenggam tanganku, bahkan dia tidak mau melepaskan sedetikpun. Mungkin dia masih merasa takut dalam kegelapan.
“Hangatnya matahari, I miss this moment, yah, walaupun hari ini aku ga bisa ngeliat sinar matahari secara langsung, tapi sepertinya dia tetap indah. Tiap pagi aku menikmati wine sambil menatap ke arah matahari dan menunggu matahari terbit. Huft, mungkin sejak sekarang aku sudah tidak bisa lagi melakukan rutinitas itu,”
“You still have two eyes, mine.”
By the way, how could  you so kind for me?”
“Because of God, miss Dior cherie..”
“Haha, How do you know that my parfume is..”
“This feeling.”
You...” dan tiba-tiba dia memelukku. Dan detakan jantung ini semakin menggetarkan tubuhku. Rasanya benar-benar unik. Bahkan aku sengaja sedikit merenggangkan pelukannya karena merasa malu kalau sampai dia tau betapa bergetar dan berdetak cepatnya jantungku. This is the first for me so I can’t handle it.
“May I know your name?” tanyanya dengan sangat polos.
I have noname.” Jawabku
“I see, so how can I called you?”
Just up to you.” Jawabku datar.
Oke, Mr Fahrenheit.” Dan dia mulai memberikan senyum cantiknya.
“How do you know that my...”
From this...” dan dia menunjuk ke arah dadanya.
“Ok, you can feel everything by your heart.”
Malam ini adalah malam pertama aku tidur di rumah ini, sampai detik ini dia belum bisa melepas genggaman tangannya.
Bedtime, kamu tidur ya, aku tidur di sofa sebelah kasur kamu.”
“No, Im afraid to be alone, please, accompany me to sleep beside me.” Dan dia mulai merengek lagi, baiklah, aku benar-benar tidak punya daya apapun untuk menolak.
“Ga takut aku ngapa-ngapain kamu?”
Nope, I trust you, Mr Fahrenheit..” Dan dia tersenyum dengan tulusnya. Oh, aroma Miss Dior Cherie terus saja menghantuiku. Aku terperdaya olehnya. 
Akhirnya sejak malam itu dia selalu tidur di atas dadaku dan terus memelukku. Dia terlihat seperti anak kecil yang tidak ingin lepas dari genggaman orang tuanya. to be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar