Sabtu, 30 Mei 2015

Mr G #2



Malam ini dingin sekali, kukenakan Joella merino wool sweater keluaran Dagmar yang baru saja dia belikan untukku sebagai oleh-oleh. Semilir angin tengah malam membuatku semakin merasa sepi. Dia berada jauh di sana, dan aku di sini menunggu dalam ketidakpastian. Sejak 3 tahun yang lalu dia memutuskan untuk bekerja di United State, dan apalah daya, aku tidak bisa melarangnya. Aku melajang dan tanpa kejelasan status dengannya. Dan bodohnya, aku masih saja menunggu selama bertahun-tahun. Semakin dekat dengan kematangan, orang tuaku semakin khawatir tentang kelajanganku yang sampai sekarang masih saja belum punya calon suami. Perjodohan yang secara sengaja mereka lakukan sudah sering aku lalui. Seperti malam ini, selapas dinner special yang dirancang oleh kedua orang tua ku dengan Dion, anak teman Mama yang sudah mapan sebagai dokter. Dia tampak tenang, pendiam, dan tidak banyak senyum, aku kurang suka . Dan sama seperti agenda sebelumnya, besok pagi dengan segera Mama menanyai ini-itu tentang dating ku malam ini. Dan lagi, aku menolaknya. Sebelum Toni, Sandy, Tio, Una, Hen, dan entah siapa lagi, saking banyaknya aku hampir lupa deretan nama lelaki-lelaki yang dijodohkan oleh Mama untukku.
Dini hari ini aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah mama, aku mengambil kunci mobil, dan melaju ke apartemen. Aku harus segera pulang, karena besok pagi aku harus menemui dia via skype, setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di sana.  (to be continue)

Kamis, 28 Mei 2015

Jess and Noah #11



Malam ini aku menunggu Noah di apartemen, ya, sepertinya dia ada lembur. Beberapa menit setelah itu telfon pun berdering.
“Hallo, dengan kediaman Bapak Noah,”
“Ya, dengan siapa ya?”
“Maaf, saya Jon, teman sekantor Pak Noah, Bapak Noah mendadak terkena serangan jantung, sekarang sedang dalam perawatan intensif, mungkin ibu bisa ke rumah sakit,”
“Makasih Pak,”
Perasaan gelisah, khawatir, sedih, tidak percaya semua bercampur. Aku pun segera menghubungi Nels, sepertinya aku membutuhkannya untuk menenangkan diri.
Di rumah sakit terasa begitu sepi. Aku hampiri ruang UGD tampak seorang dokter begitu lemas dan diiringi beberapa suster.
“Maaf dokter, apa Noah ada di dalam? Bagaimana keadaan Noah, dok?”
“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun sepertinya Tuhan berkehendak lain, Bapak Noah sudah berjuang dengan sangat gigih selama ini,
“Noaaaaaaaah!!!!!”  (END)

quotes : haters vs lovers


Selasa, 26 Mei 2015

Jess and Noah #10



Nels Cafe.
“Oh My God, finally I can see you again, how are you, Jess?”
“As good as you can see,” jawabku dengan penuh keceriaan.
Oke, welcome to the world, Jesse!”
“Hahaha,”
“Oke, kayaknya gue ketinggalan 1 episode hidup lo nih,”
“Haha, not only one, but more, I am falling in love!”
“Oh My Gosh! Siapa cowok beruntung dan hebat itu?”
“Noah,” kataku dengan sangat ceria.
“Oke. Nama yang asing.”
“Hahaha, nanti malam gue bawa dia ke sini, biar lo tau seberapa hebat dia,”
“Ya ya ya, that sounds delicious, congratulation, jess, he must be a great man,”  (to be continue)

 

Senin, 25 Mei 2015

Minggu, 24 Mei 2015

Jess and Noah #9



Pagi ini aku memasakkan sandwich special untuk Noah. Entah perasaan apa yang benar-benar merubahku menjadi aku yang lain, yang jelas aku yang lebih baik. Rasanya hidupku menjadi bergairah kembali semenjak Noah di hidupku. Noah, you are a super big man.
Siang ini aku berencana untuk mengunjungi Nels di kafenya, dan menceritakan semua kabar bahagia ini.  (to be continue)

Jumat, 22 Mei 2015

Jess and Noah #8



Senyum itu tampak indah dan mempesona, sejak malam itu aku dan Jess benar-benar dekat. Aku mulai mengenal siapa dia, apa yang membuatnya seperti itu, seberapa penting korek api itu untuknya. Dan kedekatan ini memang gila. Dia masih bocah, sementara aku, aku mungkin 10 tahun di atas usianya. Tapi memang tidak bisa aku pungkiri, aku memang benar-benar jatuh cinta.  Aku hanya ini melindunginya, menemaninya, membuatnya tenang, dan membuatnya merasa nyaman.  Bersama dia jantung ini berdegup kencang, adrenalin ini mulai bangkit, dan entah perasaan malu, gelisah, khawatir, baru aku rasakan sekarang. Hidupku tidak lagi semonoton dulu, yang hanya bekerja dan membaca.
Perlahan Bad Girl ini berubah menjadi seorang Sweet lady. Dia mulai menghentikan kebiasaan meminum alkohol dan sedang belajar untuk menurunkan kadar rokoknya. Aku hanya ingin membuat dia menjadi dia sebelumnya. Dia sebenarnya gadis yang manis, mungkin karena keadaan yang membuat dia melampiaskan semua amarah dan sedihnya. Dia begitu tampat tenang ketika tidur di dadaku. Dengan perlahan aku elus rambut dia, manis sekali. Rasa sayang ini semakin hari semakin besar. Aku memang benar-benar mencintainya. Ya, dia yang telah mewarnai hidupku.
“Eeeh, udah pagi ya,”
“Iya, wake up girl, aku buatkan sarapan dulu ya, sandwich as usual?”
No, sandwich as not usual.” Katanya sambil membelalakkan kedua matanya.
Oke, so what kind of sandwich is that,”
Wait here, I will show you,” kemudian dia bergegas menuju dapur. Aku terkejut, dia memang berubah.
Beberapa menit setelah itu.
“Taraaa, sandwich ala Chef Jesse, hehehe, taste it.” Pintanya dengan sangat antusias.
“Yummy, it is the best sandwich ever!”
“Kaaaan, ngeledek niiih..”
“Beneraaaan, this is the best sandwich and the most beautiful breakfast I ever did,”
“Noaaaaah,” diapun memelukku dengan sangat erat.
“Hey little girl, goodbye, I must go to office,”
“Ya, big boy, hehe.. Take care,”
“Oke, bye, see you soon,”
“Wait!”
“Ya?”
“I love you,” kemudian dia membisikanku 3 kata itu. Tuhan, betapa bahagianya hati ini.
“I love you more than you love me,” aku pun bergegas meninggalkannya, ya, karena aku malu dan entah kata apa yang bisa menggambarkan kebahagiaanku saat ini.  (to be continue)