Senin, 04 Mei 2015

Ben and Frapuccino #10



Pagi-pagi sekali Pak Darmo, atasanku menelfon.
“Pagi pak, ya, ada yang bisa saya bantu?”
“Tolong jemput client besar di Stasiun Balapan, namanya Bapak Joko,”
“Baik, Pak.” Selepas mandi aku pun segera merapikan pakaian dan menjinjing birkini bag kesayanganku, ya pemberian Ben.
Ketika tiba di Stasiun pintu keluar terlihat sangat ramai, sepertinya kereta yang ditumpangi Pak Joko sudah sampai. Aku pun mulai meninggikan plang nama bertuliskan ‘MR JOKO’. Dan dengan mengenakan kacamata hitam, rambut klimis, gagah, sedikit berjambang, manskulin, bau wangi parfum mahal, sepatu patofel yang terlihat begitu licin, koper kecil yang dia jinijing, dan setelah jas mahal, lelaki itu pun mulai mendekat. Pak Joko yang aku kira sudah berumur setengah baya ternyata masih sangat muda untuk mengurus sebuah perceraian. Dia pun mulai berjalan mendekat ke arahku. Jantung ini rasanya mulai berdentang dengan keras.
Dia sekarang berdiri tepat di depanku.
Mr Darmo?”
“Oh, sorry, ya, he asked me to pick you up, I’m Gina, I will handle your case.” Aku pun menawarkan jabat tangan terhadapnya.
Oke.” Dan dia membuka kacamata hitamnya, benar-benar luar biasa sempurna.
“I’m Joko, and I want this case clear as soon as possible,  because I will marry with someone who I really love,” dan dia menatap mataku dengan sangat tajam.
“e, mm, Yes, sir.” aku masih dibayangi dengan seribu teka teki.   (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar