Sabtu, 30 Mei 2015

Mr G #2



Malam ini dingin sekali, kukenakan Joella merino wool sweater keluaran Dagmar yang baru saja dia belikan untukku sebagai oleh-oleh. Semilir angin tengah malam membuatku semakin merasa sepi. Dia berada jauh di sana, dan aku di sini menunggu dalam ketidakpastian. Sejak 3 tahun yang lalu dia memutuskan untuk bekerja di United State, dan apalah daya, aku tidak bisa melarangnya. Aku melajang dan tanpa kejelasan status dengannya. Dan bodohnya, aku masih saja menunggu selama bertahun-tahun. Semakin dekat dengan kematangan, orang tuaku semakin khawatir tentang kelajanganku yang sampai sekarang masih saja belum punya calon suami. Perjodohan yang secara sengaja mereka lakukan sudah sering aku lalui. Seperti malam ini, selapas dinner special yang dirancang oleh kedua orang tua ku dengan Dion, anak teman Mama yang sudah mapan sebagai dokter. Dia tampak tenang, pendiam, dan tidak banyak senyum, aku kurang suka . Dan sama seperti agenda sebelumnya, besok pagi dengan segera Mama menanyai ini-itu tentang dating ku malam ini. Dan lagi, aku menolaknya. Sebelum Toni, Sandy, Tio, Una, Hen, dan entah siapa lagi, saking banyaknya aku hampir lupa deretan nama lelaki-lelaki yang dijodohkan oleh Mama untukku.
Dini hari ini aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah mama, aku mengambil kunci mobil, dan melaju ke apartemen. Aku harus segera pulang, karena besok pagi aku harus menemui dia via skype, setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di sana.  (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar