Rabu, 20 Mei 2015

Jess and Noah #7



Pagi ini kepalaku berat, tampak sosok laki-laki berbadan kurus dan rngkih tepat di sampingku. Ya Tuhan, apa yang terjadi semalam. Aku pun bergegas bangun dan mengambil bajuku yang terlempar di sofa. Selang beberapa menit lelaki itu terbangun dan tampak kebingungan ketika menyadari dia tidak mengenakan baju.
“Eee, aaaa, aaaa, mmmaaaf, aku, aku, aku tidak berbuat apapun,” dan dia tampak gugup dan ketakutan.
It’s oke, sorry udah bikin apartemen lo berantakan.”
“Jadi kamu ga berprasangka buruk kan?”
No, I trust you.” dan aku pun tersenyum. Dia tampak takut, bingung, dan gelisah.
“Syukurlah, Oke, aku Noah,”
“Jess,”
“Jess, sebenarnya aku susah payah menemuimu hanya untuk mengembalikan ini,” diapun menyodorkan sebuah korek api kecil. Ya, itu korek api Papa yang hilang dan membuat gila belakangan ini.
“Darimana kamu dapet korek api Papa?”
“Maaf, mungkin kamu lupa, kamu pernah menabrakku, dan di situ kamu meninggalkan korek api itu.”
Oh, Oke, Thanks, bye.”
“Waiit,If you don’t mind, I will prepare a breakfast for you,” katanya. Dan aku tidak bisa menolak permintaan itu, dia tampak tulus.
Oke,”
Sandwich sederhana ini terasa lezat, tidak sama dengan rasa sandwich di meja bersama Mama. Noah, sepertinya aku sudah mengenalnya sejak lama, aku begitu saja percaya dengan orang asing ini. Dia tampak tenang, teduh, dan aku merasa sangat nyaman dengannya. Kalau harus benar-benar memilih, aku ingin sekali tinggal di sini bersamanya, tapi rasanya tidak mungkin.
“How’s your feeling?” katanya.
Better, thanks buat semalem, kamu benar-benar gila,” kataku sambil tersenyum.
“Kamu?”
“E, maksudnya lo, ya, something like that,” pipi ini mendadak memerah. Malu rasanya ketika dia memojokkan pertanyaan itu.
“Haha, apapun sebutannya, yang terpenting kamu masih mau di sini mengenalku,”
“Ya ya ya.” (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar