Senin, 02 Maret 2015

Fashion Doctor #3



Aku menyewa sebuah apartemen di sepanjang fashion street. Ya, karena memang tempat ini  tidak jauh dari tempat aku menempuh studi. Hari-hari yang monoton dan membosankan mulai aku rasakan di sini. Pada triwulan pertama masa-masa adaptasi yang sangat aku  kurang bisa nikmati.
Namun hampir setiap malam aku selalu menyesali hal yang sama. Ben. Entah kenapa wajah maskulin itu masih tampak jelas di dalam bayanganku. Wangi parfum nya yang begitu khas, dan segarnya aroma nafasnya. God, save me from this crazy imagination. Rasa-rasanya aku butuh keajaiban untuk bertemu dia lagi. Ben, Ben, Ben.
Begitu banyak dan padat aktivitas di sini, sampai-sampai aku tidak sempat untuk menghubungi kedua sahabatku. Kangen memang. Tapi aku harus bekerja ekstra keras untuk memadatkan semuanya agar aku bisa segera kembali ke Indonesia. Yah, di sini memang sangat indah, menarik, so romantic, tapi rasanya hampa jika aku selalu kesepian.
London memang meninggalkan segelumit ingatan tentang lelaki itu, benar-benar tidak bisa aku pungkiri tentang perasaan ini. Entah kenapa rasanya aku yakin sekali akan bertemu dengannya lagi. Mungkin itu hanya sebuah harapan seorang wanita lajang. Mungkin.  to be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar