Selasa, 03 Maret 2015

Fashion Doctor #6



Akhirnya datang juga hari ini. Hari di mana untuk terakhir kalinya aku melihat Ben single. Rasa-rasanya aku tidak ingin datang ke acara gila itu. Tapi apa daya, Renatha adalah sahabat dekatku, dan dia tidak tau sama sekali apa yang terjadi antara aku dengan Ben hari itu. Dan lagi, tidak terjadi apapun sebenarnya, kami hanya mengobrol banyak hal di pesawat. Nothing special mungkin untuk Ben. Dan pujian itu, mungkin itu hanya lontaran rasa empati. Hufht, baiklah, I have to be strong and realistic!
Ketika aku sampai ke acara terlihat Ben berdiri di depan sambil mengobrol bersama beberapa tamu yang datang. Rasanya aku ingin sekali menampar wajahnya, mencabik-cabik kulitnya dan terakhir menjambak rambutnya sampai botak. Tuhan, kenapa dia masih saja terlihat menggoda dan malah jauh lebih tampan dari sebelumnya. Sadarlah,nathalie, come on.  Aku mulai menyadarkan diriku sendiri. Fikiran ini mulai gila dan liar berimajinasi.  Karena aku tidak lagi tahan melihat Ben yang begitu mempesona akhirnya aku hanya bisa duduk di pojokan sambil menikmati segelas wine dan meratapi nasibku sendiri karena sepertinya  Bertha akan datang sangat terlambat. Aku pun terhanyut dalam lamunku. Sampai tiba-tiba seorang lelaki dengan aroma yang sangat harum dan maskulin menghampiriku. Tampaknya aku sedang menikmati dalam lamunku, tapi aroma wangi ini membangunkan lamunku.
“Sendirian?”
“Ya.” Jawabku singkat.
“Oiya, Bertha mana?”
“Belum dateng.” Jawabku lebih ketus.
Are you ok? Apa saya mengganggu?”
No, why you just sit there?”
What do you mean?”
“Ya, kenapa kamu masih saja berkeliaran menggoda wanita lain di malam pernikahanmu?
Oh My God, mungkin aku perlu menjelaskan sesuatu.”
No, you dont need explain anything. Just back to your wife.” Dan aku mulai pergi meninggalkannya. Rasanya air mata ini sudah menggenang, namun harus ku tahan.
“Hey, waiiitttt..” dan dia menarik tanganku dengan sangat kencang. Dan dia mengatakan dengan panjang lebar.
“Kamu pasti salah paham, benar, aku Ben, aku Benjamin, dan Ben yang sekarang sedang duduk di pelaminan adalah Benandy, kakak aku, so do you still want to runaway from me?”
Aku tidak bisa berkata apapun. Dan tubuhku secara spontan berbalik. Jadi Ben yang selama ini kukenal berbeda dengan Ben milik Renatha.
No,” jawabku dengan tersipu malu.
I don’t want you to runaway from me again, I like you and I dont know where I can found you. You made me crazy in many years,so I would not let you go again. Hufht, finally I can feel you..” perlahan dia menarikku ke dalam pelukannya. Hangat, wangi, dan bidang. Inilah rasa yang aku idam-idamkan selama bertahun-tahun.
“Jadi, kenapa kamu ikut menjemputku ketika di bandara?”
“Seharusnya Benand yang harus menemani Renatha, tapi dia ada kerjaan di Perth, so, Benand memintaku untuk menjaga calon istrinya, then, sebagai calon adik yang baik tidak mungkin aku membiarkan kakak iparku menyetir sendirian.”
What a gentle man..” bisikku.
Thanks, sweet lady..”  bisiknya sambil membawa ku ke dancefloor dan mengajakku berdansa.  END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar