Minggu, 22 Maret 2015

Dia, Aku, Kamu, dan Dirinya #4




Sore ini dia terlihat begitu kusut.
“Hey, whats wrong with you?” tanyaku sambil meneguk segelas Frappuccino.
“Hmm, something happen with my girlfriend,”
“Oh, so sorry to hear, whats wrong?”
“Dia sakit, dan sepertinya butuh perawatan intensif, aku merasa bersalah.”
“Bersalah?”
“Ya, akhir-akhir ini aku jarang mengingatkan dia untuk menjaga kesehatan.”
“Harus diingatkan, logikaku, setiap orang tidak harus diingatkan oleh orang lain untuk menjaga dirinya sendiri, heran,” jawabku sedikit kesal, ya, aku memang sedikit jelous.
“Kenapa kamu jadi ketus gitu?”
“Ya, hmmm, ya, bukannya apa-apa, tapi aku tau rasanya LDR, so, janganlah berlebihan,”
“Maksud kamu?”
“Aku juga LDR, dan jangan manja, itu aja, harusnya cewek kamu tau dong kesibukanmu seperti apa,”
“Are you envy? I mean, jelous?”
“Huhft, If I say yes, so what?” jawabku pasrah.
“Oh, that’s so sweet, that’s what I feel when you told your problem with your boyfriend.”   Dan dia  menyinggungkan senyuman puasnya.
Seperti inilah akhirnya, segalanya berjalan dengan seimbang. Aku dengan pacarku, dia dengan pacarnya. Aku dan dia tetap memiliki perasaan saling suka yang terkontrol ini. Its complicated but we really enjoy this kind of feeling. Dan coffee shop ini menjadi tempat untuk melepas lelahku bersamanya di hampir setiap sore, and it feels so fun dan entah sampai kapan semua hubungan ini terus berlanjut. (end)

Surakarta, 5 April 2013 03.49 wib
Opus,

Dewan Kusmono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar