Rabu, 11 Maret 2015

Lady and Exboss #5



Satu tahun sudah aku menjalin hubungan yang sangat sempurna dengan Beni. Dalam setahun ini aku sama sekali tidak ada masalah dengan dia, dan begitu juga sebaliknya. Semua terasa begitu indah tanpa setitikpun masalah. Sempurna. Dan ketika aku berada di puncak kebahagiaan, dia pun merasakan hal yang sama. Bahkan ketika aku terjatuh, dia pun sedang terperosok jatuh juga. Kita terlalu sama. Dan saat ini, aku mulai berfikir ulang. Aku ingat sekali kata-kata Liza minggu lalu di klinik.
“Lo terlalu sama, lady. Yes, you have a really perfect relationship, but somehow a relationship need a little stone to make their relationship stronger. Dan menurut gue, sebuah hubungan tanpa perbedaan itu ibarat sebuah warna, kadang ada suatu titik kita bosan dengan satu warna putih, kita butuh menorehkan warna warna lain untuk membuat semua tampak lebih indah. Dan menurut gue, kadang ketidakcocokan itu muncul ketika kita memiliki banyak sekali kesamaan dengan pasangan. Gue tau lo, lo adalah tipe orang yang gampang bosan, dan gue takut suatu hari lo ngerasa bosan dengan hubungan yang terlalu flat itu. Seolah cinta kalian mengalir tanpa ada suatu hal yang meguatkan dan melemahkan. Not a great pizza without some paper and souce, honey. Once again, a relationship is not a fairytale which always happy good then happy again, it’s like a movie, which have some conflics and climac to reach a happy ending.”
Benar kata  Liza. Aku butuh tantangan. Dan perasaan bosan ini benar-benar memenuhi otak dan fikiranku. Jujur, aku memang benar-benar sudah stuck dengan hubungan yang ini ini aja dan membawa ketidaknyamanan dengan dia. Malam ini seperti biasa Benni mengajakku untuk melakukan sebuah proyek foto di studionya. Aku bosan dengan rutinitas seperti ini. Awalnya memang menyenangkan, dan lama-lama sangat membosankan. Tapi rasanya aku tidak tega mengatakan ini semua. Benni sangat baik, dia tidak salah, aku yang salah. Dan ketika dia pikir hubungan kita ini baik-baik saja dan menyenangkan, akhirnya, aku sudah tidak tahan, aku ungkapkan semuanya. Aku tidak tau ini salah atau benar.
“Hmm, Ben, I need to talk.”
Yes. Kamu ada ide lain buat pemotretan aku besok? Atau kamu ada pendapat dan masukan buat pemotretan hari ini? Atau ada majalah baru dengan konsep pemotretan yang bagus? Just tell me..” dia mulai menebak yang dulunya selalu benar, tapi sekarang, dia salah.
Maybe we should mmm we should end our relationship?” kataku datar dengan suara semakin mengecil.
Oh, what kind of sureprise it is honey, hehehe” dan dia masih menganggap aku tidak serius.
“I’m serious.”
“But why? We don’t have any problem before?”
“Oh, I just feel that our relationship was so flat. You know, we are too perfect to live on this kind of relationship.”
“Ok, if this is the best way, maybe we should end this relationship,”
“You?”
“Ya, I just feel that  this week you feel uncomfort with me again,”
“Oh, I’m sorry..” dan dengan seribu air mata aku memeluk dia. Laki-laki ini benar-benar sangat sempurna.
“It’s Ok, hehe, don’t be such a tenage girl, lady, hehe.. Maybe we are bad on romantic, but I believe that we are a perfect partner for work and friend.”
“Oh, you are so me. I love you.” Akhirnya, itulah kata-kata perpisahanku dengan Benny sebagai pacar. Dan sejak hari itu aku sangat menikmati hari-hari bersama dia dengan segala keluh kesah tentang pekerjaan, hobi, dan wanita. Ternyata dia adalah petualang cinta, konyol memang.  to be continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar