Dan ketika aku mendengar kata ‘husband’
nyali ku pun mulai menciut. Sepertinya aku hanya bisa mengagumi sosok gadis
unik ini. Tapi rasa tidak percaya dan penasaran yang semakin tidak terbendung membuatku ingin
terus berlama-lama mengamati gadis ini dari jauh. 2 jam berlalu dia masih di
sana. Kasian sekali sebenarnya, namun dia sudah menolakku dengan sangat mentah,
bahkan memuntahkanku dengan sangat cepat. Dengan mengenakan hijab sangat unik,
kacamata hitam, dan tas klasik ala Tiffany
membuatku semakin tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Sungguh cantik
sekali.
3 jam berlalu dan hari pun semakin gelap. Aku tidak tega lagi melihat
dia berdiri berlama-lama di sana. Kasian. Mungkin suaminya lupa menjemputnya.
Ketika aku hendak berniat menghampiri gadis itu, tiba-tiba seorang lelaki paruh
baya menghampiriku.
“Hey you, what do you
see?”
“Sorry, I dont
understand...”
“Hahaha, I’m just
kidding, let me introduce, I’m Sam,”
“I’m Rey, Indonesian,”
“I see from your face
that you are a tourist,”
“Ya, as your guess,
right, haha..”
“Her name is Tiffany, she
always there everysingle day, pour her, she always expect her husband comeback,
eventhough she knows that it’s impossible.”
“How do you know that I...”
“Yeah, I have seen you
since 3 hours ago.”
“Oh,” aku merasa seperti
maling yang tertangkap basah ketika sedang mencuri.
“It’s Ok. Her husband
have died 1 day before their marriage. And she have an accident when on her way
to the hospital, and she became blind.”
“She is blind?”
“Ya, you could change
your mind right now,”
“No, I just want to
protect on her..” jawabku spontan. Benar,
jawaban itu dari hati.
“Are you sure?”
“Yes, but I think it just
in my dream. She would never want me.”
“Boy, you should try, by
the way, have you find a hotel?”
“Not yet, why?”
“I have a free room in my
home, if you mind, you can stay at my home.”
“You are so kind, yes,
absolutely, thanks alot, sir..”
“Oh man, don’t you call
me sir, just call me Sam.”
“Ok sam, thanks alot.”
Dan aku pun berjalan menuju rumah Sam, tidak begitu jauh, hanya
beberapa blok dari sini. Rumah yang sangat kuno, sederhana, dan tampak sangat
rapi. Bangunan rumah ini tampak sangat udzur, ya, sepertinya ini adalah rumah
turun temurun peninggalan nenek moyang Sam.
“Do you want some coffe?”
“Hmm, sure..”
Dan kita duduk bersama di beranda rumah Sam dan membicarakan banyak
hal. Dia adalah seorang pekerja keras. Dia bercerita tentang istrinya yang
meninggal secara tragis dengan cara membuhu dirinya sendiri karena depresi
melihat anak gadisnya. Dan anak perempuan satu-satunya yang kehilangan jati
dirinya karena alasan yang tidak bisa dia sebutkan. Mungkin aku bisa menebak,
karena laki-laki. Sam sangat ramah dan hangat, bersyukur bisa mengenalnya di
tempat asing ini. Dan setelah lama
berbincang dengan Sam akupun bergegas mandi. Sementara Sam menitipkan rumahnya
karena dia ada urusan beberapa hari di luar kota. Ya, aku adalah orang asing
yang beruntung sekali bisa dipercaya untuk meninggali rumah orang sendirian.
“Ok, you may call me if
on emergency.”