Tepat pukul 5
sore mobil Allan sudah terparkir di tempat biasa. Dia begitu charming mengenakan Charcoal Liquid Ultra Skinny nya
Topshop.
“You look so cute, boy..” godaku.
“Oh, just cute? Maybe cool?”
“Hahaha, no, just cute,” ejekku.
“Ok, just cute, cute for me means cool.”
“Ya ya ya,
dasar kamu, ya, you are so cool, and Iove
it.”
“Let’s go to your apartement and your time to
dress up.”
“I am so antusiastic. How abaout your mom? Kamu ga jemput mama kamu?”
“As usual, dia langsung berangkat dari
kantor, sayang.”
“Ok..”
Sesampainya di
apartemen aku pun langsung ke kamar mandi dan kemudian berlari ke ruang pakaian
dan sibuk menyiapkan baju terbaikku. Akhirnya pilihanku jatuh pada Zara Long pleated lace dress pemberian
Allan, kemudian aku padu padankan dengan Kurt
Geiger raffia wedges dan Hermes Pink Birkin 35cm Original Togo Leather Handbag peach. Tanpa pikir panjang lagi, aku pun segera memakai semua
atribut itu.
“Have you done?”
“Not yet, dear, just for a second..” jawabku sedikit berteriak sambil memakai Buch
+ Deichmann Denmark Pink Lucite Diamond Earrings. Dan sebagai penutup aku pun menambahi
sebuah jam louis vuitton brown strap and metal strap.
“I have done!” kataku dengan sangat antusias.
“You look so classy honey, I
love it!” inilah pujian
terindah yang pernah aku dengar dari seorang Allan.
Akhirnya, aku bertemu untuk kesekian kalinya dengan Mama nya Allan, and I don’t know why, I always feel so
nervous.
“Hallo Andrea, udah lama kita ga ketemu, tante kangen sama kamu,
kapan-kapan main ke rumah dong,” itulah Mama nya Allan, sangat ramah, terbuka,
dan begitu baik.
“Iya tante,”
“Denger-denger kamu udah kerja ya, dimana?”
“Iya tante, di majalah LF,”
“That’s one of the greatest fashion
Magazine in Indonesia, kamu suka fashion ya?”
“Begitulah tante, hehe”
“Posisi kamu disana?”
“Stylish tante,”
“Great, Allan memang ga salah
pilih, kapan-kapan boleh deh nemenin tante liat fashion show.”
“Dengan senang hati tante,” kataku dengan penuh antusias. Mamanya Allan
adalah salah satu designer ternama di
Indonesia.
“Mungkin kamu bisa meneruskan kerjaan tante, kamu taulah si Allan ga akan
mau jadi designer,”
“Duh, berat tante, aku ga ada apa-apanya dibanding tante, hehe..”
Dan perbincangan pun sangat menyenangkan, berkutat mengenai fashion dan fashion. Sementara Allan hanya terdiam melihat aku dan Mamanya
sangat antusias membiacarakan tentang fashion.
Seperti dua orang yang sedang reuni, sampai-sampai dia terlupakan.
“Allan, kenapa kamu diam saja? Mama tau, kamu terpana kan melihat Andrea, she is so beautiful, right?”
“Yeah, but I don’t know what
both of you talking about,”
“Haha, this is lady’s room,” tambah mama nya Allan.
“Yeah, now I still standing
in front of lady’s door.”
“Ok, Mama nyerah, so, you wanna go back to London for tomorrow, right?”
“Yes, Mom, and I must stay
there longer than before.”
“Oh, we gonna missing you so
much kid, is it right Andrea?”
“Absolutely, hehe..”
Setelah sedikit larut malam, akhirnya kami pun pulang. It’s the greatest dinner ever. Benar-benar keluarga yang harmonis.
Aku merasa memiliki keluarga ketika bersama Allan, ya, mama papa ku meninggal
ketika aku masih kecil, sementara aku dibesarkan oleh seorang nenek yang
meninggal 1 tahun yang lalu. Dan sekarang, aku resmi sendirian.
“Hey, kok kamu melamun?”
“Ha? Apa?”
“Pantesan, aku nanya ga didengerin, mikirin apa sayang?”
“Oh, ga kok, I just think how I miss
you started from tomorrow,”
“Hey, we just long distance
right, we still live in the same world,” hibur dia.
“Sure, and I’m gonna enjoy
it?”tanyaku dengan
sedikit tidak yakin.
“Yes! You will..”
“Ya, I will enjoy it.” Kataku sambil tersenyum ke arahnya.
“I love your joy.”
Malam ini jadi malam terakhir untukku bisa melihat wajah ini secara
langsung. Rasanya lebih berat dari sebelumnya. 3 hari yang singkat ini terasa
jauh lebih indah daripada sebelumnya. Dan dia pun mengantarku sampai di depan
pintu.
“Ok, bye my kids,” kata dia sambil mengusap rambutku.
“Please, I wanna you to
stay.” Jawabku dengan
sangat datar dengan pandangan yang entah kemana.
“I’m gonna missing you soo
much.”dia memelukku
dengan begitu erat, seolah ingin benar-benar meninggalkanku. Aku tau, dia akan stay di sana lebih lama, karena semester
ini dia memutuskan untuk mengambil sidejob
di sebuah perusahaan besar, dan itu sangat menyita waktu dan tidak bisa
ditinggalkan sembarangan. Harus berapa lama lagi aku menunggu, rasanya malam
ini jauh lebih berat untuk melepaskan dia berangkat ke London. Karena aku tau,
dia akan jauh lebih sibuk dan waktu untukku memikirkan dan menghubungiku akan
jauh lebih berkurang.
“Please stay with me,
tonight, hik...” ya, air
mata memang tidak pernah bisa berbohong, dia menunjukkan kejujuran perasaannya.
“Ok, this is our last night.
I will stay with you," (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar