Semenjak kematian Brendy aku tidak lagi bertemu
dengan dia. Lola pun tidak mengetahui kabarnya lagi. Dan aku pun melakukan
rutinitas yang sama seperti biasanya. Otak ini terbelah menjadi dua, antara
laki-laki yang berdiri di ujung gerbong dengan Andra. Mungkinkah aku jatuh
cinta dengan dua orang yang berbeda di saat yang bersamaan? Tuhan, aku mulai
ragu dengan perasaanku. Aku jatuh cinta
dengan dua orang di saat yang sama.
Pagi ini aku berangkat sedikit siang karena memang
sebenarnya aku merasa kurang sehat. Sebenarnya badan ini tidak kuat untuk masuk
bekerja, yah, karena ada moment penting di kantor yang
tidak bisa aku tinggalkan. Terpaksa Belle aku titipkan di klinik Lola karena
aku rasa tidak kuat jika harus menenteng dia di kereta. Lemas sekali badan ini.
Sore ini pun aku bergegas pulang. Lemaas. Dan aku
harus tahan agar tidak pingsan di sembarang tempat. Di kereta yang biasanya aku
bersemangat, tiba-tiba membuatku merasa tidak nyaman, bahkan moment dimana aku
berdiri dan menikmati pemandangan luar terasa suram. Beberapa menit saat aku
berdiri di kereta pandangan ini semakin tidak bisa aku tahan. Semakin lama
semakin tidak jelas dan kabur.
“Lo udah siuman?”
“Hmmm, gue dimana?” tanyaku dengan sedikit panik.
“Lo di rumah sakit klaten sekarang, tadi lo pingsan
di kereta. Minum dulu gih..”
“Hmm, lo?”
“Ya, gue Andra,” dan diapun memakai kacamatanya
untuk memastikan bahwa dia benar-benar andra.
“Dan lo..”
Sesaat dia melepas kacamatanya.
“Dan gue cowok yang selalu ngeliat lo dari pojokan
gerbong kereta tiap hari.”
“Tuhan, ternyata bener..” Ternyata Andra dan
laki-laki yang selalu berdiri di ujung gerbong adalah satu orang yang sama.
“Thanks ya, gue selalu aja repotin lo,”
“Gapapa.. Dengan ini gue bisa ketemu lo lagi, hmm, may I ask you? are you single? Sorry if it sounds unpolite,”
“Hmm, why you
asked me like that?”
“If you are a
single, I just wanna show how much I adore you”
“Yes, I am a
single.”
“Would you be my
partner in life every night and day?”
“Yes, with one
promise.”
“What?”
“Proof me that
you are a single.”
“Hahaha, since
my Brendy died, I am absolutely single.”
Dan pelukan yang sejak dulu aku dambakan akhirnya menjadi kenyataan. (END)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar