Sore
ini dia terlihat begitu kusut.
“Hey, whats wrong with
you?” tanyaku sambil meneguk segelas
Frappuccino.
“Hmm, something happen
with my girlfriend,”
“Oh, so sorry to hear,
whats wrong?”
“Dia sakit, dan
sepertinya butuh perawatan intensif, aku merasa bersalah.”
“Bersalah?”
“Ya, akhir-akhir ini
aku jarang mengingatkan dia untuk menjaga kesehatan.”
“Harus diingatkan,
logikaku, setiap orang tidak harus diingatkan oleh orang lain untuk menjaga
dirinya sendiri, heran,” jawabku sedikit kesal, ya, aku memang sedikit jelous.
“Kenapa kamu jadi ketus
gitu?”
“Ya, hmmm, ya, bukannya
apa-apa, tapi aku tau rasanya LDR, so, janganlah berlebihan,”
“Maksud kamu?”
“Aku juga LDR, dan
jangan manja, itu aja, harusnya cewek kamu tau dong kesibukanmu seperti apa,”
“Are you envy? I mean,
jelous?”
“Huhft, If I say yes,
so what?” jawabku pasrah.
“Oh, that’s so sweet,
that’s what I feel when you told your problem with your boyfriend.”
Dan dia
menyinggungkan senyuman puasnya.
Seperti
inilah akhirnya, segalanya berjalan dengan seimbang. Aku dengan pacarku, dia
dengan pacarnya. Aku dan dia tetap memiliki perasaan saling suka yang
terkontrol ini. Its complicated but we
really enjoy this kind of feeling. Dan coffee shop ini menjadi tempat untuk
melepas lelahku bersamanya di hampir setiap sore, and it feels so fun dan entah sampai kapan semua hubungan ini terus
berlanjut. (end)
Surakarta, 5 April 2013 03.49 wib
Opus,
Dewan Kusmono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar