Sore ini aku menghilangkan penat dengan berjalan kaki menuju
petshop bersama Lona, anjing berjenis chiberian
husky kesayanganku. Dengan masih mengenakan blazer kantor dan hanya berganti short pants dan sendal
kesayanganku sambil mendengarkan lagu dari ipod
aku pun memulai sore ini dengan sangat antusias. Penat dengan semua deadline kantor dan rutinitas yang
sangat menjemukan. Lona sangat menikmati jalan-jalan sore ini, terlihat dia
tidak memberontak seperti biasanya. Mungkin dia sudah tidak sabar bertemu
teman-temannya di sana.
“Tumben lo ga bawa sepeda?” sapa Liza, owner, dokter hewan
sekaligus sahabat dekat ku.
“Lagi pengen jalan aja.. Lona, sana main sama temen-temen
kamu sayang.”
“Kayaknya lo butuh kopi.”
“Yes, I really need a cup of coffee.” Kataku dengan sangat lantang.
“Kenapa lagi sih? Lets
have a drink,” kami pun menyeberang jalan karena coffee shop tepat berada diseberang petshop
ini.
Setelah memesan beberapa menu dan duduk.
“Kenapa lagi sih lo? Semenjak lo kerja di sana, hampir tiap
hari gue liat lo stress.”
“Ralat, tepatnya setelah bos gue jadi dia, hidup gue serasa
dikejar anjing gila.”
“Mungkin dia perlu suntikan rabies dari gue?” candanya.
“Ha ha ha, lucu sekali.” Jawabku dengan ketus.
“Ada masalah apalagi emang? Yang gue kenal, si Teo fine-fine
aja, maybe you make him crazy?”
“Big no! He really
makes me huge crazy, he such a Mr. perfectionist.”
“Oya?” dan dokter ini semakin tidak percaya.
“Ya, you know him as a
friend, and I know him as a boss, big boss, and also my ex, it’s different.” Aku pun mulai menegaskan argumenku.
“Gue paham, emang lo bikin salah apalagi?”
“Menurut lo gue selalu bikin salah? Oh, hari ini dia minta
gue bawain kopi, as usual every morning
before go to office I always buy for him a cup of coffee on starbucks, dan
karena kopi konyol itu gue selalu telat ke kantor, and he is on Bad temperament this morning. Mungkin itu udah setiap
hari, tapi hari ini gue udah stuck,
setiap apa yang gue kerjain selalu salah, I’m
just a human, I just can try to be perfect, but once again, I’m just a human.”
Tuturku dengan sangat putus asa sambil memegangi secangkir espresso bold.
“Oh, maybe you should be
relax, you need a holiday I think,”
“Mana mungkin dibolehin.” Jawabku dengan sangat putus asa.
“Gue tau, lo sama dia emang ga mungkin bisa nemu titik
kecocokan, you have more differences,
jadi mungkin itu yang bikin lo ga nyaman sama dia, begitu juga dia ke elo. Dan
setau gue, lo tipe orang yang selalu enjoy
dengan kerjaan, ceria, ga kaku, you are a
kind of the relax one. Dan
setau gue, Teo itu bukan tipe
yang kayak lo, dia lebih suka di rumah nonton tv daripada jalan-jalan di luar,
dia selalu serius dalam melakukan segala hal, ambisius, dan setau gue, dia
paling benci liat orang kerja yang keliatan santai, which is like you. Dan satu lagi, lo sangat ceroboh dan dia sangat rapi serta
perfectionist, oh, you should repair your
foolish,”
“That part, yes, I
hate that part, ngerubah diri gue buat dia, oke, lama-lama gue bener-bener
ga tahan, dan gue lebih memilih resign,
just it the best way, better for me, and him also.”
“Better for you and
him, haha, i just imagine that both of you become a couple, oh, how mess the
world is,”
“I have and NEVER EVER
AGAIN!” kataku dengan sangat tegas dan
lantang, ya, tidak akan pernah kejadian itu terjadi seumur hidupku lagi. Selama
aku masih punya otak dan hati.
“Upsi, I forgot that part, hehehe.. Lady, don’t judge like
that, who knows, right?”
“Ya ya ya, WHO KNOWS!! I
don’t care,”
Perjalan pulang membuatku berfikir. Aku memang sangat
percaya dengan yang namanya karma, dan aku tidak akan pernah senang ketika
mendapatkan karma yaitu dia. Mungkin aku harus mengubah sikap dan memperbaiki
keadaan yang buruk ini karena aku tidak mau jatuh cinta dengan big boss lagi hanya karena terlalu
benci. Please God don’t ever do that to
me again, please please and
please. to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar