Satu tahun sudah aku menjalin hubungan yang sangat sempurna
dengan Beni. Dalam setahun ini aku sama sekali tidak ada masalah dengan dia,
dan begitu juga sebaliknya. Semua terasa begitu indah tanpa setitikpun masalah.
Sempurna. Dan ketika aku berada di puncak kebahagiaan, dia pun merasakan hal
yang sama. Bahkan ketika aku terjatuh, dia pun sedang terperosok jatuh juga.
Kita terlalu sama. Dan saat ini, aku mulai berfikir ulang. Aku ingat sekali
kata-kata Liza minggu lalu di klinik.
“Lo terlalu sama, lady. Yes,
you have a really perfect relationship, but somehow a relationship need a
little stone to make their relationship stronger. Dan menurut gue, sebuah
hubungan tanpa perbedaan itu ibarat sebuah warna, kadang ada suatu titik kita
bosan dengan satu warna putih, kita butuh menorehkan warna warna lain untuk
membuat semua tampak lebih indah. Dan menurut gue, kadang ketidakcocokan itu
muncul ketika kita memiliki banyak sekali kesamaan dengan pasangan. Gue tau lo,
lo adalah tipe orang yang gampang bosan, dan gue takut suatu hari lo ngerasa
bosan dengan hubungan yang terlalu flat
itu. Seolah cinta kalian mengalir tanpa ada suatu hal yang meguatkan dan
melemahkan. Not a great pizza without
some paper and souce, honey. Once again, a relationship is not a fairytale
which always happy good then happy again, it’s like a movie, which have some
conflics and climac to reach a happy ending.”
Benar kata Liza. Aku
butuh tantangan. Dan perasaan bosan ini benar-benar memenuhi otak dan
fikiranku. Jujur, aku memang benar-benar sudah stuck dengan hubungan yang ini ini aja dan membawa ketidaknyamanan
dengan dia. Malam ini seperti biasa Benni mengajakku untuk melakukan sebuah
proyek foto di studionya. Aku bosan dengan rutinitas seperti ini. Awalnya
memang menyenangkan, dan lama-lama sangat membosankan. Tapi rasanya aku tidak
tega mengatakan ini semua. Benni sangat baik, dia tidak salah, aku yang salah.
Dan ketika dia pikir hubungan kita ini baik-baik saja dan menyenangkan,
akhirnya, aku sudah tidak tahan, aku ungkapkan semuanya. Aku tidak tau ini
salah atau benar.
“Hmm, Ben, I need to
talk.”
“Yes. Kamu ada ide lain buat pemotretan aku besok? Atau kamu ada
pendapat dan masukan buat pemotretan hari ini? Atau ada majalah baru dengan
konsep pemotretan yang bagus? Just tell
me..” dia mulai menebak yang dulunya selalu benar, tapi sekarang, dia
salah.
“Maybe we should mmm
we should end our relationship?” kataku datar dengan suara semakin
mengecil.
“Oh, what kind of
sureprise it is honey, hehehe” dan dia masih menganggap aku tidak serius.
“I’m serious.”
“But why? We don’t have
any problem before?”
“Oh, I just feel that
our relationship was so flat. You know, we are too perfect to live on this kind
of relationship.”
“Ok, if this is the best
way, maybe we should end this relationship,”
“You?”
“Ya, I just feel that this week you feel
uncomfort with me again,”
“Oh, I’m sorry..” dan dengan seribu air mata aku memeluk dia. Laki-laki ini
benar-benar sangat sempurna.
“It’s Ok, hehe, don’t be
such a tenage girl, lady, hehe.. Maybe we are bad on romantic, but I believe
that we are a perfect partner for work and friend.”
“Oh, you are so me. I
love you.” Akhirnya, itulah kata-kata
perpisahanku dengan Benny sebagai pacar. Dan sejak hari itu aku sangat
menikmati hari-hari bersama dia dengan segala keluh kesah tentang pekerjaan,
hobi, dan wanita.
Ternyata dia adalah petualang cinta, konyol memang. to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar