Don adalah
lelaki dewasa yang aku kenal 10 tahun yang lalu. Dia adalah kakak kelas yang
sangat aku kagumi. Charming, cool, and
mysterious. Ketika kita sangat dekat, aku mulai merasakan bahwa dia adalah
sosok laki-laki yang aku impikan. Dia dulu dan sekarang sangat berbeda. Aku dan
dia adalah sepasang mantan pacar yang menjadi sahabat, dan berhubungan dekat
seperti layaknya seorang pacar tanpa status itu, walaupun kita berdua sama-sama
memiliki pacar, dan itu dulu. Setelah 3
tahun terakhir, aku dan dia sudah memutuskan untuk bersama tanpa status pacar
ataupun sebuah perkawinan. Dan inilah kami, sampai sekarang. Dia sekarang
adalah seorang CEO sebuah perusahaan
properti. Dia sangat suka berkeliling dengan limo dan sopirnya menikmati
gilanya jalanan sambil meminum segelas wine. Itulah dia. Aku sangat tau dia
melebihi pacar-pacarnya.
Pagi ini aku
membuat sandwich untuk sarapan. Dan seperti biasa, dia terlihat sangat kacau,
aku sudah bisa menebak, dia sedang disakiti oleh wanita lain.
“You look so mess, why?”
“Artis itu,
seminggu ini aku tergila-gila dengannya, dan entah kenapa aku dibuat gila, dan
semalam dia memutuskanku, tanpa alasan yang jelas, oh, aku gila, and I need you so today,”
“No, aku harus kerja, don,”
“Please..” rengekan dia itu, lelaki yang
7 tahun lebih tua dari aku itu memang benar-benar meluluhkan hatiku dan aku
tidak akan mungkin bisa menolaknya.
“Ok, tapi besok aku butuh waktu sendiri,
ada deadline tulisan,”
“You are my little one,” dan dia mencium
pipiku.
Hari ini aku
menemani dia melimpahkan rasa sakit hatinya. Dan dia mabuk lagi dan lagi.
Setelah selesai makan, kemudian dia meminum Ladybank Single Malt yang seharga 4.700 usd itu, membuat dia seperti orang gila.
Terus-terusan membicarakan gadis itu. Inilah kebiasaanku, menunggu dia sampai
mabuk dan tertidur. Saat-saat seperti ini sangat terlihat jauh dari umur dia
sebenarnya. Sambil menunggu dia
terbangun aku mencoba menulis pekerjaanku, karena besok deadline. Dan handphone Don pun terus saja
berdering dengan nama ‘Dear Belle’ itulah
gadis itu. Setelah 5 jam menunggu akhirnya Don pun mulai terbangun.
“Akhirnya, kamu bangun juga, big boy.”
Kataku.
“Give
me some lime,”
“Oke, nih. Oiya, daritadi dear belle kamu
nelfon. Mungkin penting, coba kamu telfon balik.”
“Really?!!”
mata dia yang masih setengah sadar itu tiba-tiba terbelalak. Ya, begitulah Don
ketika tergila-gila dengan wanita, dan itu biasanya berjalan sangat singkat.
“Lagi ga pengen bercanda, iyalah, serius,
udah sana, go away from my bad, and call
her up, then don’t disturb me, I have alot of deadline for tomorrow,” dan dia pun keluar dari kamarku dengan
kegirangan. to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar