17.00
WIB
Kopi,
kopi, kopi.
“Selamat sore, mau
pesan apa? Seperti biasa kak?”
“Ga, I choose Toraja
traditional coffee for today,”
“Oke, ada tambahan
lain?”
“No,”
Di
tempat biasa aku mulai memainkan gadgetku, melepas semua penat dan lelah hari
ini.
“Ganggu?”
dan pandangan tiba-tiba mengarah ke depan.
“Hmm, no,”
“May I join, again?”
“Ya.” Jawabku sangat
ketus.
“Sorry, you look so
busy with your gadget,”
“Oh, not really,”
“Let me introduce, saya
Rey, kamu Mia ?”
“Ya, aku mia.”
“Okey, hmm, keberatan
jika saya duduk di sini?”
“Oh, ga,”
“Okeyy, kamu bekerja
di?”
“Im a copywriter, you?”
“Im a manager,”
“That’s good, so kita
pernah bertemu sebelumnya?” tanyaku penasaran, ya, memastikan apakah dia masih
megingatku.
“Tentu, kita bertemu di
meja yang sama waktu itu, kamu terlihat sangat sibuk dengan gadget mu,” dan dia
terlihat sangat manis ketika tersenyum.
“Ya, aku inget, dan
ketika kita di meja yang sama dan hanya diam, itu konyol, hehehe..”
“Ya, aku pikir begitu,
hehe, I don’t know what to say when you looked so busy, daripada salah lebih
baik aku juga menyibukkan diri, honestly, hehe..”
“Oh, you’re so funny,
hehehe..”
“Ya, so you like
coffee?”
“I’m addict it, you?”
“Me too, and you know
what, this is my favorit place,”
“Me too, karena di sini
kamu bisa merasakan kopi dari kopi tradisional sampai internasional,”
“I agree with that,
tapi ada satu hal yang kurang, I always alone here, hehehe…”
“Oh, no, started from
today,” dan aku membalas senyumannya.
Perbincangan
ini selalu menarik. Aku dan dia memiliki banyak kesamaan, memiliki suatu
perasaan yang sama pada beberapa hal. Aku mulai mengerti, mengapa aku merasakan
de javu saat pertama kali bertemu dengannya. Karena aku dan dia seperti dua
orang dengan banyak kesamaan. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar