Uang,
lifestyle, dan kemewahan bukan lagi
hal yang aneh untuk didambakan. Aku memang hanya seorang pemulung, tapi jiwa
ini selalu meletup-letup setiap kali membicarakan tentang impian. Mereka
tertawa dengan begitu kerasnya melihatku bermimpi terlalu tinggi. Setiap sore
aku tidak akan melewatkan sehari pun untuk menikmati suasana Fashion street,
dengan girang aku berjalan sambil melihat deretan etalase brand-brand berkelas.
Aku suka suasana tempat ini, aku suka aroma yang lalu lalang di tempat ini, dan
aku sangat girang menatapi
manequeen-manequeen yang cantik dengan balutan pakaian dan assessories yang
begitu mahal. Ya, mahal. Mungkin bagiku, untuk membeli satu buah sapu tangan
aku harus memulung berpuluh-puluh tahun.
Pagi
ini dengan riang aku berangkat ke sekolah, ya, walaupun aku seorang pemulung
dan anak seorang buruh serabutan tapi sekolah menjadi makanan wajib, dengan
cara apapun ibu selalu mengusahakan agar aku tetap terus sekolah. Walaupun
kadang aku malas ke sekolah karena perlakuan teman-teman yang terlalu
menganggap aku remeh, ya, aku adalah seorang pemulung yang tidak pantas
berteman dengan mereka-mereka. Sekolah ini adalah sekolah elit, dan aku sangat beruntung
mendapat beasiswa, walaupun aku harus tebal muka untuk menghadapi olok-olokan
teman-teman, dan aku sudah terlalu terbiasa. Zara, Mango, YSL, Dior, D&G,
Gucci, dan sekelasnya memang menjadi santapan mereka. Aku mulai familiar dengan
segala macam merk kelas atas itu. Mereka berebut untuk pamer barang-barang branded itu. Dan aku hanya bisa
menikmati, mengamati, dan berandai-andai saja. Sepatu yang selalu gonta-ganti
setiap hari dan tas yang senada dengan sepatu. Dari sekian murid-murid
berkelas, ada 1 orang yang benar-benar aku kagumi. Elle namanya, Ellena Sastrobisono,
anak seorang designer terkenal yang menyimpan bakat luar biasa di bidang
fashion, dan ayahnya tidak kalah keren, ayahnya adalah seorang CEO majalah
fashion internasional di Indonesia, sempurna. Cara dia memakai baju selalu
tidak pada seharusnya, berani tampil beda, dan eye catching. Setiap apapun yang dia pakai pasti terlihat sangat
cocok. Indah. Aku selalu mencatat dan menimba ilmu diam-diam dari dia. Kadang
aku menggambar sebuah sketsa apa yang dia pakai. Aku adalah pengagum mamanya. Elle
ramah, dia berbeda dari orang-orang elit di sekolah ini. Walaupun aku tidak
begitu dekat dengan dia, yah, paling tidak dia selalu melemparkan senyum setiap
kali berpapasan denganku. Itu sudah sangat baik menurutku.
Aku
selalu sendirian di sekolah, aku tidak punya teman, aku tidak dianggap dan
selalu dipandang sebelah mata. Butuh muka tebal dan hati sekeras batu untuk
menghadapi hari-hari yang menyiksa ini. Waktu senggang istirahat aku habiskan
di pojokan kelas untuk menggambar sketsa-sketsa yang ada di otakku. Mungkin
terlalu naif jika aku berkhayal menjadi seorang designer setenar mama nya Elle,
namun bermimpi itu tidak dosa, dan sampai kapanpun itu aku akan terus bermimpi.
Aku selalu mengumpulkan kertas-kertas yang sekiranya masih bisa dipakai ketika aku
memulung, untuk menorehkan semua inspirasi sketsa ku. Sepulang sekolah aku pun
berganti pakaian lusuh dan mulai menjalani profesi ku sebagai pemulung,
alih-alih menambah penghasilan untuk makan dan untuk mencari kertas gratis. Dan
kemudian saat waktu sudah menandakan sedikit gelap, aku pun mengakhiri kerja ku
dengan melewati fashion street, ini adalah bagian terindah dalam hari ku. Kapan
ya aku bisa masuk kesitu. Aku pun mulai berandai-andai dan berkhayal. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar