Sore ini aku duduk di atap rumahku seperti
biasanya. Dan sekarang ini aku tidak hanya duduk seorang diri untuk melakukan
ritualku, ada sahabatku Dandu yang senantiasa menemaniku. Dialah sosok yang
paling berharga yang aku miliki sekarang ini. Dan mulai saat ini Bintang Jatuh
bukan lagi nama yang senantiasa membuatku malu karena ledekan yang tak
berkesudahan dari teman-temanku, bukan pula nama yang sempat membuatku malu
untuk pergi ke sekolah, melainkan nama terindah yang kumiliki, nama yang paling
aku kagumi, serta nama yang layak untuk dibanggakan. Karena Bintang Jatuh akan
memberikan secercah harapan ketika terjatuh, dan itulah harapan Bunda yang baru
aku pahami setelah dia pergi. Dan aku sangat bangga memiliki nama indah itu. Akulah
satu-satunya harapan Bunda, dan aku harus menjadi yang terbaik untuk Bunda,
menjadi harapan dan kebahagiaan bagi orang-orang yang sayang padaku. Semenjak
hari itu aku mulai mengurungkan niatku untuk kuliah di luar kota, karena
beberapa alasan, rumah ini, Bunda, dan sahabatku, Dandu. Aku menyadari betapa
butuhnya aku padanya, dan aku tahu betapa berat dan sedihnya dia melepaskanku. (END)
Surakarta, 8 January 2005 03.36 WIB
Opus,
Dewantika Kusmono
Surakarta, 8 January 2005 03.36 WIB
Opus,
Dewantika Kusmono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar