Akhirnya
datang juga hari ini. Hari di mana untuk terakhir kalinya aku melihat Ben single. Rasa-rasanya aku tidak ingin
datang ke acara gila itu. Tapi apa daya, Renatha adalah sahabat dekatku, dan
dia tidak tau sama sekali apa yang terjadi antara aku dengan Ben hari itu. Dan
lagi, tidak terjadi apapun
sebenarnya, kami hanya mengobrol banyak hal di pesawat. Nothing special mungkin untuk Ben. Dan pujian itu, mungkin itu
hanya lontaran rasa empati. Hufht, baiklah, I
have to be strong and realistic!
Ketika
aku sampai ke acara terlihat Ben berdiri di depan sambil mengobrol bersama
beberapa tamu yang datang. Rasanya aku
ingin sekali menampar wajahnya, mencabik-cabik kulitnya dan terakhir menjambak
rambutnya sampai botak. Tuhan,
kenapa dia masih saja terlihat menggoda dan malah jauh lebih tampan dari
sebelumnya. Sadarlah,nathalie, come on. Aku mulai
menyadarkan diriku sendiri. Fikiran ini mulai gila dan liar berimajinasi. Karena aku tidak lagi tahan melihat Ben yang begitu
mempesona akhirnya aku hanya
bisa duduk di pojokan sambil menikmati segelas wine dan meratapi nasibku
sendiri karena sepertinya Bertha akan datang sangat terlambat. Aku pun terhanyut dalam lamunku. Sampai
tiba-tiba seorang lelaki dengan aroma yang sangat harum dan maskulin
menghampiriku. Tampaknya aku sedang menikmati dalam lamunku, tapi aroma wangi
ini membangunkan lamunku.
“Sendirian?”
“Ya.”
Jawabku singkat.
“Oiya,
Bertha mana?”
“Belum
dateng.” Jawabku lebih ketus.
“Are you ok? Apa saya mengganggu?”
“No, why you just sit there?”
“What do you mean?”
“Ya,
kenapa kamu masih saja berkeliaran
menggoda wanita lain di malam pernikahanmu?”
“Oh My God, mungkin aku perlu menjelaskan
sesuatu.”
“No, you dont need explain anything. Just
back to your wife.” Dan aku mulai pergi meninggalkannya. Rasanya air mata
ini sudah menggenang, namun harus ku tahan.
“Hey,
waiiitttt..” dan dia menarik tanganku
dengan sangat kencang. Dan dia mengatakan dengan panjang lebar.
“Kamu
pasti salah paham, benar, aku Ben, aku Benjamin, dan Ben yang sekarang sedang
duduk di pelaminan adalah Benandy, kakak aku, so do you still want to runaway from me?”
Aku
tidak bisa berkata apapun. Dan tubuhku secara spontan berbalik. Jadi Ben yang
selama ini kukenal berbeda dengan Ben milik Renatha.
“No,” jawabku dengan tersipu malu.
“I don’t want you to runaway from me again, I
like you and I dont know where I can found you. You made me crazy in many
years,so I would not let you go again. Hufht, finally I can feel you..”
perlahan dia menarikku ke dalam pelukannya. Hangat, wangi, dan bidang. Inilah
rasa yang aku idam-idamkan selama bertahun-tahun.
“Jadi,
kenapa kamu ikut menjemputku ketika di bandara?”
“Seharusnya
Benand yang harus menemani Renatha, tapi dia ada kerjaan di Perth, so, Benand memintaku untuk menjaga calon istrinya, then, sebagai calon adik yang baik tidak
mungkin aku membiarkan kakak iparku menyetir sendirian.”
“What a gentle man..” bisikku.
“Thanks,
sweet lady..” bisiknya sambil
membawa ku ke dancefloor dan
mengajakku berdansa. END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar