Aku
menyewa sebuah apartemen di sepanjang fashion
street. Ya, karena memang tempat ini
tidak jauh dari tempat aku menempuh studi. Hari-hari yang monoton dan
membosankan mulai aku rasakan di sini. Pada triwulan pertama masa-masa adaptasi
yang sangat aku kurang bisa nikmati.
Namun
hampir setiap malam aku selalu menyesali hal yang sama. Ben. Entah kenapa wajah
maskulin itu masih tampak jelas di dalam bayanganku. Wangi parfum nya yang
begitu khas, dan segarnya aroma nafasnya. God,
save me from this crazy imagination. Rasa-rasanya aku butuh keajaiban untuk
bertemu dia lagi. Ben, Ben, Ben.
Begitu banyak dan padat aktivitas di
sini, sampai-sampai aku tidak sempat untuk menghubungi kedua sahabatku. Kangen
memang. Tapi aku harus bekerja ekstra keras untuk memadatkan semuanya agar aku
bisa segera kembali ke Indonesia. Yah, di sini memang sangat indah, menarik, so
romantic, tapi rasanya hampa jika aku selalu kesepian.
London memang meninggalkan segelumit
ingatan tentang lelaki itu, benar-benar tidak bisa aku pungkiri tentang
perasaan ini. Entah kenapa rasanya aku yakin sekali akan bertemu dengannya
lagi. Mungkin itu hanya sebuah harapan seorang wanita lajang. Mungkin. to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar