Minggu, 26 April 2015

Ben and Frapuccino #6



Akhirnya sampai juga di Solo, Stasiun Balapan, kami pun disambut dengan sekelompok orkes keroncong. Memang kota ini benar-benar luar biasa berkesan. Sambil menjinjing Birkini bag keluaran Hermes, aku pun beranjak meninggalkan tempat ini. Namun tiba-tiba Ben menarik tanganku.
“Hey, tunggu di sini sebentar,”
“Kenapa, Ben?”
“Sit down here, I will bring you a cup of coffe.”
“Why don’t we go to coffee shop?”
“Wait here, tunggu sampai aku datang, jangan kemana-mana..” dan aku pun duduk menunggunya membawakan kopi sambil melihat beberapa kereta yang melintas diiringi lagu-lagu keroncong. Memang berkesan.
Sudah setengah jam lamanya aku  menunggu di sini dan Ben belum juga muncul. Apa mungkin sedang banyak antrian. Aku mulai sedikit resah dan menengok ke belakang sesekali. Kereta pun mulai ramai berlalulalang. Satu jam. Dua jam. Tiga jam. Rasanya aku harus beranjak dari tempat duduk ini untuk mencari Ben. Aku pun mulai bingung dan khawatir. Dimana Ben. Beberapa orang aku tanya tapi tidak ada satupun yang tau dimana Ben. Empat jam. Lima jam. Yang aku lakukan hanya memutari tempat ini, keluar masuk stasiun, dan sesekali terdiam duduk dengan lemas. Permainan apa lagi yang dilakukan Ben untuk membuatku lebih putus asa. Sampai tengah malam, tepat pukul 12, aku putuskan untuk tetap di sini untuk menunggu Ben. Sampai akhirnya aku tertidur di tempat ini. Stasiun Balapan.  (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar