Mulai
hari ini aku lebih sering bertemu dengan Elle, tidak salah aku mengagumi orang
ini. Dia luar biasa baik dan berbakat. Kemudian aku bisa tenang menunggu ibu di
rumah sakit tanpa pusing-pusing lagi memikirkan biaya sambil membuat
skets-skets untuk Elle. Sementara Elle bolak-balik Jakarta-Singapure untuk
mengurus ini itu. Benar-benar wanita yang tegar dan mengagumkan. Ketika semua
sketsa aku jadi akhirnya semua desain pun dikirim ke Singapure untuk menunggu
ACC dari sang Madam, dan mulailah bekerja. Ternyata begini rasanya menjadi
seorang designer, benar-benar luar biasa. Aku rasa harus mencubit badanku
berkali-kali untuk menyadarkanku bahwa semua ini bukan mimpi. Ini nyata. Semua
terasa sangat sempurna di mata ku, kecuali ibu, semakin hari keadaannya semakin
tidak membaik. Hanya semakin hari dia semakin banyak mengunyah obat-obatan.
Sangat memprihatinkan. Kerutan-kerutan yang tampak jelas di wajahnya menandakan
bahwa dia sudah sangat lelah memperjuangkan hidup untukku.
Malam
ini adalah malam akbar, malam pencapaian semua impianku, aku sangat bangga
menghadiri peragaan busana bergengsi dimana beberapa baju yang dipakai
model-model kelas atas di catwalk adalah rancanganku. Ini mimpi Tuhan, ini
mimpi. Aku membantu Elle di backstage
untuk mengurus ini itu dan rasanya betapa bangganya ketika semua mata memandang
ke arah rancanganku dan memuji kemudian memberikan tepuk tangan yang begitu
meriah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan decakan kagum. Mimpiku
benar-benar terwujud, namun ketika berada di akhir peragaan di panggilah nama
Elle disambut dengan tepuk tangan yang begitu mengagumkan. Aku mulai
berandai-andai kapan aku bisa berdiri di sana
dengan sambutan mengagumkan seperti itu.
Setelah
acara selesai, Elle mengajakku mengikuti pesta perayaan pergelaran busana yang
sangat sukses itu. Ini lah kehidupan kelas atas yang benar-benar aku impikan.
Aku melewatkan satu hal menarik, untuk mengikuti hari besar ini, Elle
memberikan sebuah gaun, tas, dan sepatu
Gucci untukku. Ini benar-benar Gucci, bukan tiruan. Tuhan, apakah aku benar-benar mengenakan Gucci
yang harganya sekian puluh juta ini sekarang? Rasanya aku tidak ingin melepas
pakaian ini. Besok aku berencana untuk membelikan ibu tas Merk Gucci yang dia
impi-impikan. Besok pagi-pagi aku harus segera membelikan untuk ibu. Ketika aku
sedang menikmati malam ini bersama Elle bersama para kalangan kelas atas ini,
tiba-tiba terasa getaran di tas ku, handphone ku berdering.
“Hallo,
iya benar, ini siapa ya?”
“Kami
dari pii..”
“Maaf
suaranya kurang jelas, bentar-bentar, aku keluar dulu..”
“Hallo??”
“Hallo?
Halloo?? Aduh, batere nya abis..” dan perasaanku sedikit tidak tenang.
Aku
pun berdiam diri di pojokan sambil terus memikirkan hal yang tidak-tidak.
Jangan-jangan dan jangan-jangan. Aku tidak tenang. Baiklah, sepertinya wajar
jika aku mengkhawatirkan ibu. Sudah seharian ini aku belum menemuinya. Aku pun
segera mengambil tas dan bergegas ke rumah sakit.
Aku
berlari menuju kamar ibu. Badan ini lemas ketika melihat kamar ibu kosong.
Dimana ibu?!!!
“Suster,
ibu saya kemana?”
“Maaf,
tadi dari pihak rumah sudah berusaha untuk memberikan kabar kepada anda, namun
tiba-tiba sambungan terputus..”
“Ibu
sama mana?!!!!!” bentakku.
“Kami
turut berduka cita atas kepergian ibu anda. Mohon bersabar, ibu anda sudah
tidak dapat diselamatkan lagi, mari saya antar ke kamar mayat..”
“Ibu..!!!”
badanku lemas, dan pandangan ku mulai kabur. Ibu, ibu, ibu. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar