Semenjak
hari itu, aku pun memutuskan untuk
stay di Kota ini. Aku sudah berbulat tekad untuk meninggalkan studiku di London
untuk Ben. Bodoh memang, tapi aku masih ingat pesan terakhirnya dan itu selalu menghantui pikiranku.
Dengan
perlahan aku pun mulai bisa hidup. Ya, hidup yang tidak hanya menghirup udara
dan kemudian bernafas. Hidup yang penuh dengan aktivitas, bekerja, berbicara
dengan orang, sampai berinteraksi dengan orang baru. Tapi kebiasaanku untuk
selalu menunggu Ben sepulang kerja memang tidak pernah aku tinggalkan. Aku
percaya, Ben pasti akan datang.
Di kantorku,
aku hanya memiliki beberapa teman, karena aku lebih banyak diam dan menyendiri.
Ya, hilangnya Ben untuk kedua kali ini memang mengubah siapa aku yang
sebenarnya. Merubah semua hidupku dan mematikan karakterku. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar