Hari
ini aku berniat untuk membolos sekolah, ibu sakit, aku tidak tega meninggalkan
dia sendirian. Berniat untuk membawa ke rumah sakit tapi takut tidak bisa
menebus biaya nya. Aku pun membawa ibu ke puskesmas, yah, mereka bilang ibu
harus segera dirujuk ke rumah sakit. Uang darimana? Uang dari memulung saja
tidak mungkin cukup untuk makan, apalagi menebus obat dan biaya rumah sakit.
Sampai akhirnya dokter puskesmas memaksa ibu untuk rujuk ke rumah sakit. Kata
dokter, ini masalah nyawa, sudah tidak bisa ditolelir.
“Ga
bisa dirawat dirumah aja ya dok? Memangnya ibu sakit apa dok?”
“Hmm,
bisa saya bicara dengan ayah kamu?”
“Ayah
sudah meninggal dok, hanya saya yang ibu punya, memangnya ibu sakit apa dok?
Separah itu kah?”
“Baiklah,
karena ini urgent, saya harus
sampaikan, ibu kamu terkena kanker sumsum tulang belakang, dan sudah masuk
stadium 4.”
“Tapi,
ya Tuhan..”
Dan
dengan terpaksa ibu harus dibawa ke rumah sakit. Aku mulai memutar otak
bagaimana mendapatkan uang sekian juta untuk membayar semua biaya ibu. Ini ibu,
lebih berharga dari apapun. Aku bingung, aku linglung, dan aku berjalan seolah
tidak melihat apapun. Sampai akhirnya, BRUK!!!
“Aww!!!!”
“Maaf
maaf, saya tidak sengaja..” kataku ketakutan. Kemudian wanita itu bangun.
“Its ok, loh, kamu Anjani kan? Kita satu
sekolah kan?”
“Elle?
Maaf banget udah nabrak kamu tadi, aku bener-bener ga sengaja..”
“Gapapa
lagi, oiya, kenapa akhir-akhir ini kamu ga masuk sekolah?”
“Oh
itu, ibu aku sakit, kamu sendiri? Siapa yang sakit?” jawabku sambil sedikit
bangga, ternyata Elle peduli juga.
“Mama
ku sakit,” wajah cantik Elle tiba-tiba tersapu oleh air mata.
“Mungkin
kamu butuh teman cerita?”
“Sepertinya,
sebenarnya ini rahasia, kamu janji ga bilang ke siapapun, terutama ke media?”
“I promise.”
“Mama
aku kena jantung kronis, rencana sih mau dibawa ke singapure, cuman aku
bener-bener bingung, bulan depan Mama bakalan ngadain fashion show, dan semua
udah fixed, I dont know gimana cara
nyelesein semua kerjaan mama, aku ga bisa design sama sekali.”
“So sorry to hear that, aku yakin kamu
bisa,”
“Not in this situation, right? Nyokap
lagi sekarat. Kamu sendiri, you look like
in bad situation?”
“Kamu
bisa menebak lah, masalah biaya, ibu aku kena kanker, dan butuh biaya yang ga
mungkin aku dapat hanya dengan memulung..”
“I have good idea, yah, ini semacam kerja
sama,”
“Maksut
kamu?”
“If you help me to prepare my mom’s fashion
show, I wil pay all your mother’s bills, gimana?”
“Tapi
aku bisa apa?”
“Hey,
aku ga buta, aku tau koleksi sketsa2 desain kamu, aku tau setiap sore kamu lewat
di fashion street, aku sering liat
kamu, bahkan hampir setiap aku ke sana, pasti aku lihat kamu, you have such a natural sense of fashion,”
“Kamu
bercanda kan pasti? Aku masih ga percaya..”
“Yah,
kalo kamu mau sih...”
“Jelas
saya bersedia...”
“OK,
Deal?”
“Deal!!”
dengan penuh suka cita aku membalas jabatan tangan yang membawa ku menuju
realita. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar