Sudah 4
tahun belakangan aku menjadi orang yang tidak seceria aku dulu. Dan rutinitasku
hanya untuk menunggu Ben di stasiun
setiap hari sambil menikmati kopi. Rasanya kesabaran ini sudah tidak bisa
diukur dengan akal sehat, terlalu absolut untuk dihitung. Aku hanya
menginginkan Ben, dan aku mempercayai bahwa suatu hari Ben akan menemuiku di
tempat dimana dia meninggalkanku, Stasiun Balapan. Rasanya aku ingin mengutuk
tempat ini karena telah melenyapkan Ben dari genggamanku, untuk kedua kalinya.
Ya, kedua kalinya. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar