London
adalah tempat indah yang sangat menyiksa untukku. Aku benar-benar jauh darinya,
aku merasa hati ini semakin jauh dari Ben. Rasa peduli, rasa candu, rasa rindu,
sepertinya mulai menipis dari hari ke hari. Aku dan Ben pun tak pernah sama
sekali berhubungan. Entah mengapa berulang kali aku menelfon dia, sama sekali
tidak dia angkat. Aku mulai membanjiri sejuta email di inboxnya. Kemudian aku
pun hampir setiap hari mengirimkan sms ke handphonenya. Setahun sudah kami
benar-benar tidak berhubungan, sampai malam ini aku berada pada titik dimana aku benar-benar putus asa.
Aku merenung
dan mengurung diri di apartemen, kemudian mulai melamun, menghabiskan
bergelas-gelas frapuccino, bahkan aku sengaja menaikkan jumlah alkohol pada
tiap gelas berikutnya, sampai aku benar-benar tidak bisa tidur. Rasanya perut
ini sudah benar-benar mual, tapi aku rasa hanya rasa kopi ini yang bisa
mengingatkanku tentang rasa Ben. Mata ini terus menggenangkan air. Aku
menangis, melamun, sedikit pusing, menahan rasa mual, dan menangis lagi. Itulah
yang aku rasakan. Ini seperti sebuah kutukan bagiku. Sampai akhirnya aku mulai
merasakan ringannya badanku.
“Baby, finally you awake,”
“...” aku
pun masih mengumpulkan nyawa dan mempertajam pandanganku. Aku merasa asing di
tempat ini, siapa dia, dan aku dimana.
“Calm down, baby, you are with me.” Dan lelaki
itu tersenyum dengan sangat manis.
“Ben...” aku
pun langsung menarik dan memeluk laki-laki ini.
“Hey, it’s ok baby,”
“Where have you been?!!!!” kataku
sambil menangis dipelukannya.
“I’m here for you,”
Dan setelah
satu tahun menghilang, tiba-tiba lelaki ini muncul dihadapanku ketika aku
benar-benar putus asa. I’m weak. Dan
keesokan harinya kami pun berkemas, dia mengajakku pulang ke Indonesia secara
tiba-tiba.
“Baby, prepare your clothes,”
“For what?”
“We have some holidays,”
“Tapi,
aku..”
“Hey, you are on holiday, right?”
“How do you know that...”
“Ssst, just prepare your clothes right now, we have
flight to Indonesia today,”
“Today???? What a sureprise....” lagi-lagi
dia memotong perkataanku.
“Ya,
Indonesia.” Katanya sambil menghujaniku dengan ciuman di kening. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar