Sabtu, 08 Agustus 2015

PDA #4


Malam ini aku benar-benar menemui sahabatku, Dilla. Dia sudah sangat bahagia dengan dua anak kembarnya, suami yang setia dan kaya raya, keluarga yang bahagia. Oh damn, sementara aku masih stuck dengan Teddy dan drama kehidupannya.
“Hey, lo kusut amat, ada masalah sama Teeddy?”
“Ya, otak gue ruwet banget, gila, masalah udah kaya jamur dil, dimana-mana numbuhnya,”
“Hahaha, lo udah gila nih, makanya, apa gue bilang, lo putusin tu cowok, cari yang baru, lo cantik, duit juga megang, banyak kali yang ngantri,”
“Lo yakin? Kalo dari dulu banyak yang ngantri sih gue udah move on dari dulu kali,”
“Salah lo nya nutup diri, kapan terakhir kali lo clubbing? Kapan terakhir kali lo ketemu orang baru yang bukan client lo? Sekarang gue tanya, kapan?” ya, benar kata Dilla, bahkan aku lupa kapan aku bergaul semenjak mengenal Teddy. Karena hari-hariku hanya bekerja dan bertemu Teddy.
“Iya, deh, lo paling bener, gue baru aja mutusin Teddy,”
“Serius?!”
“Ya,”
“Then?”
“Kayak yang dulu-dulu, dia mohon-mohon blablabla,”
“Dan kalian balikan lagi akhirnya?”
“No, sampe sekarang sih belum,”
“Belum? So, besok-besok ada kemungkinan balikan?”
“Hahaha, I dont know, tapi gue musti nyari alasan yang kuat buat ngelepasin Teddy,”
“Lo mau tau alasan apa yang bisa bikin Teddy ngelepasin lo?”
“Apaan?”
“A man,”
“Hahaha, bahkan cowok yang gue kenal juga cuma seputaran di kantor, apa iya gue musti macarin bawahan gue, hahaha,”
“Hmmm, I have good idea,”
“Jangan gila lo,” akupun sedikit curiga dengan tingkah MILF ini.
“Gue atur kalian ketemuan, dan lo ga ada alasan buat nolak,”
“Blind date? Gila lo,”
“Hey, awas lo ga dateng!”  (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar