Rabu, 05 Agustus 2015

PDA #3


Monday, Im in love !
Senin ini aku harus melakukan pitching dengan 2 client di tempat yang berbeda. Gila kan? Dan perusahaan memintaku untuk menghandle semuanya. Dan inilah rutinitasku, mobiling, target, dan ekspansi. Dan aku mencintai hari senin seperti aku mencintai Teddy. Semuanya terasa sangat berat tapi aku sangat menikmatinya. So why I called Teddy as Mr.Monday sometimes. Setelah melakukan dua pitching gila itu, seninku berlanjut dengan menemui client baru. Dan aku harus menemui perwakilan dari perusahaan tersebut. Client yang satu ini unik, gila, dan super menyebalkan, God, kenapa aku harus mendapatkan  client ini untuk kontrak satu tahun. So, Im officially insane in this year.
“Hallo, apa kabar?”
“Good, bagaimana dengan iklan campaign untuk perusahaan kami?”
“Konsepnya seperti ini,” aku pun menjelaskan dengan detail tentang ini dan itu. Sementara si gila ini terus saja sibuk memainkan handphonenya. Hey jerk, kamu tau berapa lama orang kreatif kita memikirkan konsep ini? Berapa lemburan yang mereka habiskan untuk mengerjakan pekerjaan ini? Berapa hari kita ga tidur karena pekerjaan ini? Dan lo, dengan santai dan sok nya bahkan mendengarkanku pun tidak, apalagi mempelajari semua konsep yang sudah disiapkan.
“Oh, okey,” Just it. Okey, let me introduce, this stupid jerk namanya Willy, usia lebih muda dariku, sok, sengak, bossy, dan asshole. Aku bahkan semakin gila, belum juga urusan Teddy yang makin rumit, client gila ini menambah ruwet hidupku. Ketika aku melakukan pekerjaan diluar kantor yang kuharapkan akan menjadi hiburan di saat aku tersiksa saat bertemu Ted di kantor, jauh dari harapanku. Dan aku harus lebih sering dengan lelaki ini. 
Setelah menyelesaikan meeting gila ini, akhirnya aku menepi di sebuah coffee shop. Kopi, berikanlah ketenangan dan rasa rileks. Aku harus mengambil cuti sepertinya, dan semoga Teddy, yang atasanku mengijinkannya. Hahaha, bahkan untuk mengambil liburan untuk melupakan Teddypun aku harus meminta ijinnya. Tiba-tiba handphoneku berdering.
“Hallo, kenapa?”  jawabku ketus, ya ini Teddy.
 “Kamu dimana? Masih meeting, aku pengen ketemu kamu,”
“Masalah kerjaan apa pribadi,”
“Kerjaan,”
“Okey, kita ketemu di kantor aja,”
“No, aku kesana, kamu dimana?”
“Are you sure we will talk about job?”
“Huhft, lets talk about us,”
“No, ini jam kerja Ted, like you said, we have to act professional, okey?”
“Okey, huhft, tapi habis jam kantor kita bisa ketemu kan?”
“Ga, aku ada janji sama Dilla,”
“Oh, please,”
“No more begging baby, its over,”
“Pleaseee..”
Bahkan tanpa malunya pria beristri ini memohonku untuk tetap berada di sampingnya. Kalau kamu benar-benar mencintaiku seharusnya waktu itu kamu menolak perjodohan itu, seharusnya kamu membawaku lari dan menikahiku diam-diam, seharusnya kamu tidak mempertimbangkan kalau harus kehilangan kekayaan jabatan dan warisan dari orang tuamu. Kamu begitu serakah dan egois Teddy.  (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar