Malam ini dingin sekali, kukenakan Joella
merino wool sweater keluaran Dagmar
yang baru saja dia belikan untukku sebagai oleh-oleh. Semilir angin tengah
malam membuatku semakin merasa sepi. Dia berada jauh di sana, dan aku di sini
menunggu dalam ketidakpastian. Sejak 3 tahun yang lalu dia memutuskan untuk
bekerja di United State, dan apalah
daya, aku tidak bisa melarangnya. Aku melajang dan tanpa kejelasan status
dengannya. Dan bodohnya, aku masih saja menunggu selama bertahun-tahun. Semakin
dekat dengan kematangan, orang tuaku semakin khawatir tentang kelajanganku yang
sampai sekarang masih saja belum punya calon suami. Perjodohan yang secara
sengaja mereka lakukan sudah sering aku lalui. Seperti malam ini, selapas
dinner special yang dirancang oleh kedua orang tua ku dengan Dion, anak teman
Mama yang sudah mapan sebagai dokter. Dia tampak tenang, pendiam, dan tidak
banyak senyum, aku kurang suka . Dan sama seperti agenda sebelumnya, besok pagi
dengan segera Mama menanyai ini-itu tentang dating
ku malam ini. Dan lagi, aku menolaknya. Sebelum Toni, Sandy, Tio, Una, Hen, dan
entah siapa lagi, saking banyaknya aku hampir lupa deretan nama lelaki-lelaki
yang dijodohkan oleh Mama untukku.
Dini hari ini aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah mama, aku
mengambil kunci mobil, dan melaju ke apartemen. Aku harus segera pulang, karena
besok pagi aku harus menemui dia via skype,
setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di sana. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar