Pagi-pagi
sekali Pak Darmo, atasanku menelfon.
“Pagi pak,
ya, ada yang bisa saya bantu?”
“Tolong
jemput client besar di Stasiun Balapan, namanya Bapak Joko,”
“Baik, Pak.”
Selepas mandi aku pun segera merapikan pakaian dan menjinjing birkini bag
kesayanganku, ya pemberian Ben.
Ketika tiba
di Stasiun pintu keluar terlihat sangat ramai, sepertinya kereta yang
ditumpangi Pak Joko sudah sampai. Aku pun mulai meninggikan plang nama
bertuliskan ‘MR JOKO’. Dan dengan mengenakan kacamata hitam, rambut klimis,
gagah, sedikit berjambang, manskulin, bau wangi parfum mahal, sepatu patofel
yang terlihat begitu licin, koper kecil yang dia jinijing, dan setelah jas
mahal, lelaki itu pun mulai mendekat. Pak Joko yang aku kira sudah berumur
setengah baya ternyata masih sangat muda untuk mengurus sebuah perceraian. Dia
pun mulai berjalan mendekat ke arahku. Jantung ini rasanya mulai berdentang
dengan keras.
Dia sekarang
berdiri tepat di depanku.
“Mr Darmo?”
“Oh, sorry, ya, he asked me to pick you up, I’m Gina,
I will handle your case.” Aku pun menawarkan jabat tangan terhadapnya.
“Oke.” Dan dia membuka kacamata hitamnya,
benar-benar luar biasa sempurna.
“I’m Joko, and I want this case clear as soon as
possible, because I will marry with
someone who I really love,” dan dia menatap mataku dengan sangat tajam.
“e, mm, Yes, sir.” aku masih dibayangi dengan
seribu teka teki. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar