Minggu, 31 Mei 2015
Sabtu, 30 Mei 2015
Mr G #2
Malam ini dingin sekali, kukenakan Joella
merino wool sweater keluaran Dagmar
yang baru saja dia belikan untukku sebagai oleh-oleh. Semilir angin tengah
malam membuatku semakin merasa sepi. Dia berada jauh di sana, dan aku di sini
menunggu dalam ketidakpastian. Sejak 3 tahun yang lalu dia memutuskan untuk
bekerja di United State, dan apalah
daya, aku tidak bisa melarangnya. Aku melajang dan tanpa kejelasan status
dengannya. Dan bodohnya, aku masih saja menunggu selama bertahun-tahun. Semakin
dekat dengan kematangan, orang tuaku semakin khawatir tentang kelajanganku yang
sampai sekarang masih saja belum punya calon suami. Perjodohan yang secara
sengaja mereka lakukan sudah sering aku lalui. Seperti malam ini, selapas
dinner special yang dirancang oleh kedua orang tua ku dengan Dion, anak teman
Mama yang sudah mapan sebagai dokter. Dia tampak tenang, pendiam, dan tidak
banyak senyum, aku kurang suka . Dan sama seperti agenda sebelumnya, besok pagi
dengan segera Mama menanyai ini-itu tentang dating
ku malam ini. Dan lagi, aku menolaknya. Sebelum Toni, Sandy, Tio, Una, Hen, dan
entah siapa lagi, saking banyaknya aku hampir lupa deretan nama lelaki-lelaki
yang dijodohkan oleh Mama untukku.
Dini hari ini aku memutuskan untuk tidak pulang ke rumah mama, aku
mengambil kunci mobil, dan melaju ke apartemen. Aku harus segera pulang, karena
besok pagi aku harus menemui dia via skype,
setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di sana. (to be continue)
Jumat, 29 Mei 2015
Kamis, 28 Mei 2015
Jess and Noah #11
Malam
ini aku menunggu Noah di apartemen, ya, sepertinya dia ada lembur. Beberapa
menit setelah itu telfon pun berdering.
“Hallo,
dengan kediaman Bapak Noah,”
“Ya,
dengan siapa ya?”
“Maaf,
saya Jon, teman sekantor Pak Noah, Bapak Noah mendadak terkena serangan
jantung, sekarang sedang dalam perawatan intensif, mungkin ibu bisa ke rumah
sakit,”
“Makasih
Pak,”
Perasaan
gelisah, khawatir, sedih, tidak percaya semua bercampur. Aku pun segera
menghubungi Nels, sepertinya aku membutuhkannya untuk menenangkan diri.
Di
rumah sakit terasa begitu sepi. Aku hampiri ruang UGD tampak seorang dokter
begitu lemas dan diiringi beberapa suster.
“Maaf
dokter, apa Noah ada di dalam? Bagaimana keadaan Noah, dok?”
“Maaf,
kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun sepertinya Tuhan berkehendak
lain, Bapak Noah sudah berjuang dengan sangat gigih selama ini,”
“Noaaaaaaaah!!!!!” (END)
Rabu, 27 Mei 2015
Selasa, 26 Mei 2015
Jess and Noah #10
Nels
Cafe.
“Oh My God, finally I can see you again, how
are you, Jess?”
“As good as you can see,” jawabku dengan penuh keceriaan.
“Oke, welcome to the world, Jesse!”
“Hahaha,”
“Oke,
kayaknya gue ketinggalan 1 episode hidup lo nih,”
“Haha, not only one, but more, I am falling
in love!”
“Oh My Gosh! Siapa cowok beruntung dan hebat itu?”
“Noah,”
kataku dengan sangat ceria.
“Oke.
Nama yang asing.”
“Hahaha,
nanti malam gue bawa dia ke sini, biar lo tau seberapa hebat dia,”
“Ya
ya ya, that sounds delicious, congratulation,
jess, he must be a great man,” (to be continue)
Senin, 25 Mei 2015
Minggu, 24 Mei 2015
Jess and Noah #9
Pagi
ini aku memasakkan sandwich special untuk Noah. Entah perasaan apa yang
benar-benar merubahku menjadi aku yang lain, yang jelas aku yang lebih baik.
Rasanya hidupku menjadi bergairah kembali semenjak Noah di hidupku. Noah, you are a super big man.
Siang
ini aku berencana untuk mengunjungi Nels di kafenya, dan menceritakan semua
kabar bahagia ini. (to be continue)
Sabtu, 23 Mei 2015
Jumat, 22 Mei 2015
Jess and Noah #8
Senyum
itu tampak indah dan mempesona, sejak malam itu aku dan Jess benar-benar dekat.
Aku mulai mengenal siapa dia, apa yang membuatnya seperti itu, seberapa penting
korek api itu untuknya. Dan kedekatan ini memang gila. Dia masih bocah,
sementara aku, aku mungkin 10 tahun di atas usianya. Tapi memang tidak bisa aku
pungkiri, aku memang benar-benar jatuh cinta.
Aku hanya ini melindunginya, menemaninya, membuatnya tenang, dan
membuatnya merasa nyaman. Bersama dia
jantung ini berdegup kencang, adrenalin ini mulai bangkit, dan entah perasaan
malu, gelisah, khawatir, baru aku rasakan sekarang. Hidupku tidak lagi
semonoton dulu, yang hanya bekerja dan membaca.
Perlahan
Bad Girl ini berubah menjadi seorang Sweet lady. Dia mulai menghentikan
kebiasaan meminum alkohol dan sedang belajar untuk menurunkan kadar rokoknya.
Aku hanya ingin membuat dia menjadi dia sebelumnya. Dia sebenarnya gadis yang
manis, mungkin karena keadaan yang membuat dia melampiaskan semua amarah dan
sedihnya. Dia begitu tampat tenang ketika tidur di dadaku. Dengan perlahan aku
elus rambut dia, manis sekali. Rasa sayang ini semakin hari semakin besar. Aku
memang benar-benar mencintainya. Ya, dia yang telah mewarnai hidupku.
“Eeeh,
udah pagi ya,”
“Iya,
wake up girl, aku buatkan sarapan
dulu ya, sandwich as usual?”
“No, sandwich as not usual.” Katanya
sambil membelalakkan kedua matanya.
“Oke, so what kind of sandwich is that,”
“Wait here, I will show you,” kemudian
dia bergegas menuju dapur. Aku terkejut, dia memang berubah.
Beberapa
menit setelah itu.
“Taraaa,
sandwich ala Chef Jesse, hehehe, taste
it.” Pintanya dengan sangat antusias.
“Yummy, it is the best sandwich
ever!”
“Kaaaan,
ngeledek niiih..”
“Beneraaaan,
this is the best sandwich and the most
beautiful breakfast I ever did,”
“Noaaaaah,”
diapun memelukku dengan sangat erat.
“Hey little girl, goodbye, I must go to
office,”
“Ya, big boy, hehe.. Take care,”
“Oke, bye, see you soon,”
“Wait!”
“Ya?”
“I love you,” kemudian dia membisikanku 3 kata itu. Tuhan,
betapa bahagianya hati ini.
“I love you more than you love me,” aku pun bergegas meninggalkannya, ya, karena
aku malu dan entah kata apa yang bisa menggambarkan kebahagiaanku saat ini. (to be continue)
Langganan:
Postingan (Atom)