Senin, 01 Juni 2015

Mr G #3



Tepat pukul 6 pagi, dering telfon tidak berhenti menyambar telingaku.
Kring kring kring
“Hallo, kamu belum bangun nak? Ini Mama, ayo bangun, anak gadis kok jam segini belum bangun, oiya, kok kamu ga bilang Mama kalo semalem ga tidur di rumah, Mama nungguin.”
“Hmmmmm, Mamaaaa.. Ini masih pagi banget maaa..” jawabku masih sambil menggeliat dan mengumpulkan biji biji nyawa yang masih amburadul.
“Heh, kamu ini, sudah jam 6, oiya, semalam bagaimana? Mas Dion ganteng kaaan..”
“Ya, ya, ya, ganteng sih Ma, bentar, Bian cuci muka dulu,”
“Iyaa, sanaa, gausah ditutup telfonnya,”
“Iyaaaaaa..”
Beberapa menit kemudian.
“Gimana nak, apa kamu suka sama nak Dion?”
“Mamaa, kalem dong, pelan-pelan nanyanyaa..”
“Ya ga bisa dong nak, Mama kan udah ga sabar buat punya calon mantu,”
‘Sebenernya udah ada kok Ma, but he,s miles away from here’ jawabku dalam hati.
“Naaaak...” dan suara Mama yang renyah kembali menyadarkanku.
“Eee, iya iya ma, yaudah.”
“Yaudah apa, kamu belum cerita apa-apa sudah bilang yaudah,” jawab Mama sedikit kesal.
“Yaudah, sama kayak yang dulu-dulu.” Jawabku pasrah, karena setauku setelah aku mengucapkan kata itu pasti dentangan teriakan terdengar dari ponselku.
“Ya Tuhan, Naaak, kamu tu nyari yang kayak apa sih? Mama sudah cari yang ini yang itu kamu ga suka juga. Bilang sama Mama, biar Mama carikan. Kamu itu sudah matang, udah dewasa, kasian adik-adikmu kalo harus ngasih pelangkah, Mama kan...” belum sempat Mama meneruskan aku pun menyambar dengan nada meniru Mama.
“Pengen nimang cucu dari anak pertama Mama, apa sih nduk yang kamu cari..” terusku.
“Ini anak yaa,” Tambah Mama dengan nada lebih meninggi.
“Iya Ma, kasih aku waktu...”
‘Kasih aku waktu buat minta kepastian ke dia, Ma’ pintaku dalam hati.
“Berapa lama lagi, satu tahun? Dua? Keburu mama dipanggil sama Gusti, Nak..”
“Astaga, Mama kok ngomongnya gitu siih, iya iya, Bian janji perjodohan berikutnya Bian ga nolak.”
“Ini sudah janjimu ke sekian kali, nak. Sudahlah. Oiya, semalam teman kantormu ke sini,”
“Temen kantor? Siapa ma?” tanyaku penasaran.
“Siapa ya, katanya sih teman kerja kamu, Gunung kalo ga salah namanya..”
“Gunung?!! Pak Gunung maksud Mama??” aku mulai panik, dia atasanku, bukan temanku sebenarnya.
“Pak? Dia masih muda kok. Dia juga bawain Mama kue, tau aja dia kalo Mama suka Red Velvet,”
“Trus trus, dia ngomong apa aja Ma?”
“Mama kemaren buru-buru arisan, sepertinya lama ngobrol sama Papa kamu,” 
“Oh, yaudah deh Ma, aku mandi dulu yaaa,” otak ini medadak kaku, aduh, ada apa ya si Bos sampai datang ke rumah.  Seharusnya kalau dia ada perlu tinggal telfon, atau datang ke apartemen. Tau dari mana dia alamat orang tuaku. Kurang masuk akal sebenarnya. (to be continue)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar