Aku
putih, dia hitam
Aku
gelap, dia terang
Aku
gemerlap, dia gulita
Aku
malang dan dia bahagia
Begitulah ibarat untukku dan ayahku. Kami memang
satu kesatuan secara biologis dan darah yang mengalir di dalam tubuhku adalah
darahnya, namun tubuhku seolah menolak racun setan yang bersumber darinya, kami
sangat berbeda, dan aku sangat membenci dia dengan segala kelakukan bejat
nya. Ayah ayah ayah, sosok perkasa yang selalu bisa diandalkan, menjadi panutan
dan sangat bijak dengan petuahnya. Ayah, hidup tanpa ada beban, selalu
mengacau, tidak punya peri kemanusiaan, dan suka mencaci maki. Itulah ayah dan
ayah, ayah yang ada dalam khayalan masa kecilku, dan ayahku yang sebenarnya.
Pagi ini aku memulai sebuah kebiasaan baruku yang
sudah berjalan selama kurang lebih 1 bulan semenjak dia bangun dari koma.
Umurnya sekarang sudah hampir 60 tahun, dan betapa lemahnya badan bongsor dia
sekarang. Memandikan, menyuapi, dan mengantar dia terapi baru aku bisa pergi ke
kantor. Dia adalah beban yang paling berat untukku sekarang. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar