Rasa
syukur yang tak ternilai harganya, akhirnya aku bisa melihat indahnya warna
orange matahari. Satu minggu yang lalu aku di sini dengan orang asing dan
sekarang aku kembali menjadi aku yang dulu. Senang, bahagia, namun ada perasaan
sedih yang tidak bisa aku tutupi. Ya, aku merindukan orang asing itu, orang
asing yang sering aku sebut Mr.Fahrenheit.
Aku bahkan tidak tau siapa dia sebenarnya, siapa namanya, atau bagaimana
wajahnya. Rasanya tidak mungkin aku bisa menemukannya, Karena aku tidak tahu
bagaimana mengawali untuk mencari dia.
Aku
pun mulai mengingat kemana dan apa saja yang kulakukan bersamanya. Aku ingat
sekali rutinitas indah itu. Setelah menikmati wine kemudian dia mulai
membuatkanku sandwich, its simple, but I
don’t know it tasted so different. Its feels like my dad cooked for me, huhft,
its freak me out right now. Kemudian dia mulai berkemas dan diapun
berangkat ke tempat kerja, ya, bahkan selama ini aku tidak tau dimana dia
bekerja. Ketika sore dia pun mengajakku ke sebuah tempat yang aku pun juga
kurang tau dimana itu, yang aku ingat di tempat itu ada barisan rak buku dengan
kursi yang terbuat dari kayu, kemudian aroma yang kental sekali dengan aroma
kayu oak. Dan disitulah dia mulai
membacakan sebuah buku untukku. Cerita tentang para ilmuwan yang dulunya sangat
aku benci, dan sekarang mulai aku gemari sejak dia membacakannya untukku.
Mungkin itu sebuah perpustakaan, atau bisa juga café, atau mungkin rumah dia.
Ya Tuhan, aku mohon, tunjukanlah dimana dia. Aku sudah mulai sedikit gila
memikirkan ini.
Lelaki
itu memang membuatku gila. Ya, sepanjang hari yang kulakukan adalah browsing
mencari jejak lelaki itu. Aku bahkan bingung harus menulis keyword apa di
google. Aku tidak bisa berkonsentrasi setiap kali meeting. Sangat-sangat
mengganggu. Dan karena sangat putus asanya aku, sore ini akupun mulai menemui
temanku yang sekaligus seorang psikolog, ya, aku memang sudah gila.
“Hey, how are you?”
“Im bad, depressed, and I don’t know, insane maybe,”
“Okey, so tell me all the detailed,” dan aku pun
mulai menceritakan semua kejadian yang kualami bersama dia.
“Okey, tragis, but, hold on, in my opinian, you just
need to forget all about him, move on, and make your own life so crowded so you
don’t have even just a minute to think about him,”
“Kurang
sibuk apalagi gue, but I don’t know,
maybe he has a spell for me, huhft..” jawabku pasrah.
“Hehehe,
maybe, but I have good idea,
kebetulan malam ini gue ada dinner dengan beberapa coleganku, daripada lo
terus-terusan gila memikirkan Mr Fahrenheit lo itu, mending lo nemenin gue, having fun with some handsome single rich
men, right?”
“I feel so tired today, maybe next time,”
tolakku sedikit tidak bersemangat.
“Come on, no next time, gue tunggu di
Classique Resto, okey, gue ada meeting,
bye and see ya,” to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar