Sudah 7 hari lamanya aku mendapati pasien ini tidak
sadarkan diri. Kasian. Dia cantik, elegan, dan terlihat begitu berkelas. Aku
ingat sekali ketika pertama kali dia di bawa di rumah sakit ini, bau parfum
Miss Dior Cherie menutupi aroma lumuran darah di tubuhnya. Dan sampai detik ini
bau dior itu masih meletup-letup di fikiranku. Sesekali aku menengok ke ICU dan
memastikan bahwa dia masih disana dan sendirian. Pihak rumah sakit pun tidak
mendapati teman atau kerabat yang bisa dihubungi. Dia memang tidak meninggalkan
identitas apapun. Perasaan simpati, empati atau apalah melahap semua akal
sehatku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan wanita ini ketika
mendapati bahwa dia tidak bisa melihat. Sampai akhirnya malam ini, tepat 7 hari semenjak wanita ini koma,
akhirnya dia sadarkan diri. Rasa bahagia yang memuncak memaksaku segera berlari
ke ruangannya dan menyambut kesembuhannya.
“Aku dimana ini????” wanita itu terus
saja mengatakan itu. Dia terlihat begitu bingung. Wajar, karna dalam
pandangannya dia benar-benar dalam kegelapan.
“Maaf, saudara yang tenang ya, saudara
mengalami kecelakaan, dan sekarang berada di rumah sakit,” kataku.
“AKU DIMANA??!! Tolong nyalakan lampu,
gelap.” Dia bingung, dan tangannya mulai
mencari-cari pegangan. Reflek, aku pun menyambut tangannya dan menggenggam
tangannya.
“Suster, tolong tinggalkan kami, dia
sepertinya membutuhkan ketenangan.”
“Baik dok.”
“Tenang ya, kamu ga sendirian.”
“Aku dimana? Kenapa gelap?” dia
ketakutan dan semakin erat menggenggam tanganku.
“Gapapa, itu efek kecelakaan kamu,
lama-lama kamu bisa melihat lagi. Oiya, kamu ada saudara atau orang tua yang
bisa dihubungi?”
“No.”
“Rumah kamu?”
“I
will tell you.”
“Good,
mungkin setelah kamu sembuh saya bisa mengantar kamu pulang.”
“No,
I dont have anybody to help me when I really blind like this.”
“I
will accompany you. I promise.”
“Do
you really?”
“Yup, for your
information, maybe one or two months you can see the world again, its just a
shocking injury, so don’t you panic.”
“Oke, that sounds better, anyway, thanks a lot for your
kindness.”
Akhirnya wanita itu tersenyum dengan penuh rasa lega. Entah rasa empati apa
yang memaksaku untuk terus meng-iya-kan semua permintaan dia. Aku ingin terus
melindungi dia. to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar