Keadaannya semakin pulih dan akhirnya
hari ini dia bisa melakukan rawat jalan di rumah. Kemudian dengan suka cita aku
membawa dia pulang ke rumahnya. Dengan terus menggenggam tanganku, dia mulai
bercerita tentang ruangan-ruangan di rumahnya itu.
“Aku rindu sekali dengan tempat ini, aku
rindu dengan bau kamar ini, rasanya seperti satu tahun tidak merambah tempat
ini. Bisa tolong ambilkan wine di
dapur?”
“Oke. Kamu tunggu di sini dulu.”
Kemudian aku menuju dapur dan mengambil wine
yang sengaja dia simpan di almari khusus, terlihat sangat banyak botol wine yang aku bilang ini adalah wine yang tidak murah. Sepertinya dia
penikmat wine.
“Thanks,
wanna cheers with me?” dan dia mengayunkan gelasnyaa ke arahku.
“Cheers..” Pipinya memerah dan merona, dia terlihat cantik
sekali. Dia masih saja menggenggam tanganku, bahkan dia tidak mau melepaskan
sedetikpun. Mungkin dia masih merasa takut dalam kegelapan.
“Hangatnya matahari, I miss this moment, yah, walaupun hari
ini aku ga bisa ngeliat sinar matahari secara langsung, tapi sepertinya dia
tetap indah. Tiap pagi aku menikmati wine
sambil menatap ke arah matahari dan menunggu matahari terbit. Huft, mungkin
sejak sekarang aku sudah tidak bisa lagi melakukan rutinitas itu,”
“You
still have two eyes, mine.”
“By the way, how could you so kind for me?”
“Because
of God, miss Dior cherie..”
“Haha,
How do you know that my parfume is..”
“This
feeling.”
“You...”
dan tiba-tiba dia memelukku. Dan detakan jantung ini semakin menggetarkan tubuhku. Rasanya benar-benar unik. Bahkan aku sengaja sedikit
merenggangkan pelukannya karena merasa malu kalau sampai dia tau betapa
bergetar dan berdetak cepatnya jantungku. This
is the first for me so I can’t handle it.
“May
I know your name?” tanyanya dengan sangat polos.
“I
have noname.” Jawabku
“I
see, so how can I called you?”
“Just
up to you.” Jawabku datar.
“Oke, Mr
Fahrenheit.” Dan dia mulai memberikan senyum cantiknya.
“How
do you know that my...”
“From
this...” dan dia menunjuk ke arah dadanya.
“Ok,
you can feel everything by your heart.”
Malam ini adalah malam pertama aku tidur
di rumah ini, sampai detik ini dia belum
bisa melepas genggaman tangannya.
“Bedtime,
kamu tidur ya, aku tidur di sofa sebelah kasur kamu.”
“No,
Im afraid to be alone, please, accompany me to sleep beside me.” Dan dia
mulai merengek lagi, baiklah, aku benar-benar tidak punya daya apapun untuk
menolak.
“Ga takut aku ngapa-ngapain kamu?”
“Nope,
I trust you, Mr Fahrenheit..” Dan dia tersenyum dengan tulusnya. Oh, aroma
Miss Dior Cherie terus saja menghantuiku. Aku terperdaya olehnya.
Akhirnya sejak malam itu dia selalu tidur di atas dadaku dan terus
memelukku. Dia terlihat seperti anak kecil yang tidak ingin lepas dari
genggaman orang tuanya. to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar