Rasanya satu bulan setelah hari itu sikap Gunung di kantor masih sama
seperti dulu, dan sesekali dia mengajakku untuk sekedar makan malam. Kelembutan
hatinya pun semakin terlihat di luar kantor. Dan mengenai Guntur, sebulan ini
dia tidak memberiku kabar. Bahkan untuk membalas emailku pun dia tidak sempat.
Bukan hal yang aneh, tapi aku merasa hubunganku aneh sejak adanya Gunung di
hidupku. Semua tampak lebih nyata.
Seperti malam ini, ketika aku sedang mengisi malamku dengan sekedar
menyalurkan hobiku untuk membuat sketsa pakaian tiba-tiba terdengar suara bel.
Aku pun terkejut dan segera melihat siapa yang sedang berada di depan pintu
selarut ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi. Aku sedikit ketakutan ketika
membukakan pintu, dan tidak aku duga, ternyata Gunung. Dia terlihat sangat
lusuh dan berantakan, bau bibirnya seperti alkohol. Ya, dia mabuk.
“Gunung??”
“Aaa...” dan dia berjalan sangat sempoyangan, sampai-sampai aku harus
memapahnya ke sofa. Kasian, sepertinya dia sedang ada masalah. Aku pun membawa
dia masuk ke kamar, dan sepertinya aku harus mengalah untuk tidur di sofa.
Dengan dibayangi rasa penasaran, aku mulai memejamkan mata. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar