Rasanya suasana kantor lebih mencekam. Seperti seekor kucing yang sedang
mencuri makanan di atas meja, langkahku berayun perlahan dan sedikit berjinjit.
“Sudah berapa kali kamu terlambat datang ke kantor?!” gertakan lelaki ini
sangat mengagetkanku. Dia tiba-tiba saja hadir dari balik punggungku.
“E..e...a....eee...eh, ini paaak..”
“Letakkan barang bawaan kamu ke meja, dan masuk ke ruangan saya!”
“Iiiiya pak,” aku sedikit ketakutan. Jangan-jangan aku dipecat. Benar
sih, aku memang sering sekali terlambat, dengan alasan satu hal, skype. Dan itu tidak mungkin aku
lontarkan di depan Big Bos.
Di depan pintu aku sudah mulai gemetar. Perlahan aku mengetuk pintu
ruangan angker itu.
‘tok tok’
“Permisi pak.”
“Masuk.” Jawab dengan nada sedikit meninggi.
“Duduk!”
“Ee, iya pak, maaf saya terlambat....”
“Siapa suruh kamu bicara?”
“Mmm mmaaf pak.” Hatiku mulai menciut. Sepertinya kali ini dia marah
besar. Matilah aku.
“Dari mana kamu semalaman?”
“Ee, saya ga kemana-mana pak,” jawabku dengan sedikit heran.
“Bohong, saya kerumah kamu semalam, dan kamu tidak ada di rumah.”
“Eh, itu pak, saya tidak pulang ke rumah, saya tidur di apartemen pak,
ee, kenapa ya Pak, Bapak mencari saya?”
“Nanti malam kosongkan jadwal, saya jemput kamu di apartemen kamu,”
“Eee, maksud Bapak?”
“Lakukan saja yang saya suruh, kembali kerja.”
“Ee, iyaaa pak, permisi..” langkahku menuju pintu dihujani dengan sejuta
tanda tanya. Penasaran. Aneh. Dan tidak masuk akal. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar