Dan kami pun merapat ke sebuah coffee shop yang bergaya Itali. Dan
perbincangan ini dimulai.
“Sorry for that situation, aku
ga ngira kalau wartawan akan seheboh tadi,”
“Gapapa kok, malah saya yang ga enak,”
“Kenapa?”
“Ya, nanti saya dikira pacar kamu, bikin malu keluarga Bapak, dong..”
“Bapak?”
“Ya, maksut saya, Gunung, ini lidah udah terbiasa dengan sebutan itu,
jadi memang sedikit susah,”
“Haha, kamu itu memang benar-benar ya,” kata yang setengah-setengah
selalu saja terlontar dari bibir tipisnya.
“Benar-benar bodoh, hehehe..” tambahku. Selang 1 jam suasana pun mencair,
ya sudah tidak seformal tadi, dan kamipun membicarakan banyak hal.
“Kamu hari ini terlihat beda dari biasanya,”
“Maksut kamu?” tanyaku sambil menghirup aroma esspresso hangat di
tanganku.
“Ya, terlihat lebih saja, kamu suka belanja ya?”
“I’m a shopaholic, tapi untuk
baju semahal ini aku masih belum mampulah, hehe, kamu tau kan berapa gajku
sebulan, hehe..”
“So?”
“Someone special gave me,”
“Oh, kamu sudah punya pacar?”
“Pacar sih belum ya, tapi special
one mungkin udah, hehe..”
“Oh.”
“Kalo kamu? Pasti udah ya? Kenapa ga dia aja yang diajak ke acara tadi?”
“Kebetulan belum,”
“Oke, tampan, kaya, cerdas, kurang apa? Banyak pasti ya yang antri, hehe..”
“Sayangnya yang aku suka ga ikut antri..”
“Wah, bodoh juga ya wanita itu, hehe..”
“Mungkin.” Dan senyum manisnya itu mulai terurai lebih lepas. Gagahnya
ketika dia melipat lengan kemejanya dan meneguk secangkir kopi dengan perlahan. Terlihat sangat seksi menurutku.
“Maaf ya kalo aku sedikit sok tau, tapi kamu sedang ada masalah ya?”
tanyaku, karena terlihat mata yang sayu dan mengambang pandangannya.
“Yah, ga tau kenapa malam itu aku tiba-tiba ke rumahmu, ingin sekali
menghibur diri dengan tingkah anehmu,”
“Oo, jadi malam itu kamu ke rumahku buat ngilangin penat? So sorry, for your information, malam
itu aku dipaksa Dinner sama cowok
yang aku ga kenal, itu misi perjodohan Mama,”
“Hahahaa, seriously?”
“Ya ya ya, Mama khawatir anak perempuannya bakal jadi perawan tua,”
“Bukannya sekarang udahh ya? Hahahaa..”
“Ga lah, aku baru masuk transisi wanita dewasa lajang, hahaa..”
“Kamu bilang, you have a special
one?”
“Ya, a special one who live miles
away from me, dan aku belum siap untuk cerita ke Mama, tar dikira aku
ngarang cerita, keliatan desperate banget
kan,”
“Oh, dia dimana?”
“US, udah setahun dia ga
pulang, dan hubungan ku dengan dia juga belum jelas, it’s complicated, dia
selalu saja sibuk dengan kerjaannya, dia terlalu asik dengan semua cerita
sehari-harinya dan sahabat dekatnya di sana, yah, menyedihkan sih sebenernya,”
“I see, maybe you need to be
realistic,”
“Maksud kamu?”
“Ya, in a moment, kamu harus
benar-benar membicarakan itu dengan serius, setidaknya, there’s a hope reversed those miles away.”
“....” dan aku hanya terdiam. Memang benar kata dia, aku harus menuntut
kepastian. Itu hakku. (to be continue)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar